"Kami mendorong pemerintah untuk melakukan penelitian lebih mendalam karena kita masih minim penelitian tentang logam tanah jarang ini," ujarnya dikutip dari Antara, Kamis, 26 Agustus 2021.
LaNyalla mengatakan sumber daya logam tanah jarang kini banyak dicari untuk digunakan sebagai salah satu komponen berbagai produk, antara lain baterai, telepon seluler, komputer, dan industri elektronika.
Logam itu juga berguna juga untuk material pembuatan pembangkit listrik energi baru terbarukan berbasis matahari dan angin, serta bahan baku industri pertahanan hingga kendaraan listrik.
Menurutnya, Indonesia akan sangat diuntungkan jika ikut mengembangkan potensi logam tersebut. Prospek di masa depan akan bagus dalam menunjang pengembangan teknologi tinggi dan teknologi alternatif.
"Pemerintah sudah saatnya juga membuat road map industri pertambangan logam tanah jarang ini sehingga peta eksplorasi, eksploitasi, dan terkhusus target investasi dapat dipetakan prioritasnya," kata LaNyalla.
Berdasarkan buku 'Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia' yang dibuat Badan Geologi Kementerian ESDM pada 2019, sumber daya logam tanah jarang yang berhasil diteliti banyak dijumpai pada lokasi kaya sumber daya timah, seperti Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, dan selatan Kalimantan Barat.
Selain itu juga terdapat di beberapa wilayah seperti Parmonangan, Sumatra Utara; Ketapang, Kalimantan Barat; Taan, Sulawesi Barat; dan Banggai, Sulawesi Tengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News