Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, produsen minyak sawit terbesar dunia sedang berjuang untuk memotong persediaan minyak sawit setelah larangan ekspor tiga minggu yang berakhir pada Mei. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan harga minyak goreng domestik mendorong stok.
Melansir Channel News Asia, Senin, 11 Juli 2022, tingginya stok telah membebani harga buah sawit, sehingga menuai kritik dari petani yang berada di tengah puncak musim panen.
Dadan mengatakan, kenaikan tersebut akan menambah permintaan bahan bakar minyak sawit sebanyak 727.804 kiloliter (KL) tahun ini, sehingga konsumsi setahun penuh menjadi 10,88 juta KL.
Baca juga: Produksi Biofuel Dinilai Pengaruhi Pasokan CPO Minyak Goreng |
Konsumsinya hingga Juli diperkirakan mencapai 5,78 juta KL. Selain itu, Kementerian ESDM juga akan meluncurkan uji jalan untuk bahan bakar B40.
"Sambil menunggu hasil uji jalan B40, pemerintah akan menerapkan B35," kata Dadan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya memperkirakan tambahan 2,5 juta ton minyak sawit bisa terserap jika Indonesia menerapkan B40.
Upaya lain yang sedang dipertimbangkan otoritas untuk menurunkan persediaan termasuk menurunkan pungutan ekspor minyak sawit untuk memacu ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News