Filantropi Indonesia menyelenggarakan webinar Filantropi HUB untuk Penguatan Ekosistem Filantropi dalam Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs (Foto:Dok)
Filantropi Indonesia menyelenggarakan webinar Filantropi HUB untuk Penguatan Ekosistem Filantropi dalam Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs (Foto:Dok)

Menguatkan Ekosistem Filantropi dalam Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Rosa Anggreati • 28 Juni 2022 19:38
Jakarta: Peningkatan kegiatan sektor filantropi di Indonesia semakin terlihat dan menunjukkan angka yang signifikan. Hal ini mengacu pada publikasi World Giving Index 2021 oleh Charities Aid Foundation (CAF) di mana Indonesia dinobatkan kembali sebagai negara paling dermawan di dunia.
 
Namun, dengan potensi yang besar tersebut, proyeksi filantropi di Indonesia belum termasuk isu yang diperhitungkan untuk penggerak utama dari percepatan pencapaian tujuan yang berkelanjutan. Dibutuhkan satu wadah yang dapat merangkum perkembangan filantropi di Indonesia agar para pegiat filantropi dapat bekerjasama dalam identifikasi peluang pengembangan program, dampak, dan kolaborasi dengan stakeholder lainnya.
 
Isu ini mendorong Filantropi Indonesia untuk menyelenggarakan webinar “Filantropi HUB untuk Penguatan Ekosistem Filantropi dalam Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs”, yang merupakan bagian rangkaian acara dari FIFest 2022.

FIFest 2022 (Festival Filantropi Indonesia) merupakan acara dua tahunan yang berfungsi sebagai ajang para pemangku kepentingan untuk berbagi isu, inisiatif, inovasi, kebijakan hingga praktik terbaik dari keterlibatan filantropi di Indonesia dan dunia. Terdapat rangkaian forum diskusi dengan berbagai topik dan inisiatif inovatif oleh organisasi filantropi nasional-internasional serta multisektor lainnya yang mendukung pencapaian TPB/SDGs.
 
Pada saat yang sama juga turut meluncurkan Indonesia Philanthropy Outlook 2022, publikasi dari studi yang dilakukan Filantropi Indonesia dan Lembaga Riset KedaiKOPI. Riset publikasi yang dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2022 bertujuan menunjukkan hasil dan perkembangan filantropi terhadap percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs), khusus di Indonesia.
 
Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto A. Wibowo mengatakan, ada tujuh area kemajuan yang ditemukan dalam studi tersebut, yaitu semakin luasnya jangkauan aktivitas filantropi, berkembangnya filantropi perusahaan dan transformasi yayasan keluarga menjadi lebih independen, meningkatnya pengumpulan dan pendayagunaan dana filantropi oleh lembaga filantropi sejalan dgn meningkatnya penerima manfaat, adanya sinergi aktivitas filantropi dan SDGs, dan inovasi penggalangan dana.
 
Menurut Didik Suhardi, Ph.D., Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga - Kemenko PMK, berbagai kemajuan filantropi tersebut tidak bisa dilepaskan dari budaya gotong royong yang melekat dalam bangsa Indonesia. Namun, Didik mengingatkan kegiatan filantropi sebaiknya tidak hanya terpusat di Jakarta.
 
"Perlu memfasilitasi kepedulian masyarakat daerah yang berpotensi untuk dilibatkan. Kuncinya adalah kolaborasi sehingga ada pembagian tugas yang jelas antara donatur dan penerima manfaat tersebut sehingga akan makin transparan dan membuat semua elemen lebih bersemangat berkontribusi," kata Didik.
 
Hal di atas juga digarisbawahi oleh Direktur Yayasan Hadji Kalla, M. Zuhair. “Filantropi bukan hanya soal mengumpulkan dana, tetapi juga mengenai penyaluran dan akuntabilitas yang transparan,” kata Zuhair.
 
"Kolaborasi yang konstruktif bisa dilakukan dengan cara bersinergi antar lembaga-lembaga di Filantropi HUB agar mencapai SDGs yang berdampak di masyarakat," kata Vivi Yulaswati, Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, dan Kepala Sekretariat Nasional SDGs.
 
Ia menekankan perlu menggencarkan dukungan organisasi non pemerintah untuk menyentuh lebih banyak akar rumput, dan melibatkan kelompok rentan seperti anak muda, untuk menjalankan prinsip yang mengarah pada pencapaian SDGs 2030.
 
Refleksi dari temuan Philanthropy Outlook 2022, menurut Amelia Fauzia, Direktur Eksekutif Social Trust Fund UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah memperlihatkan penyebaran, kemajuan, elemen memampukan, dan tantangan dalam filantropi. Ia melihat, di Indonesia sudah terjadi transformasi praktik filantropi jangka panjang dan lebih sustainable manfaat dan pengelolaannya.
 
"Program prioritas berjalan sangat baik dan sejalan, dan sudah menggunakan 84,9 persen SDGs. Meski demikian, ada satu hal lagi yang perlu dicatat yaitu mengenai isu-isu perubahan iklim," kata Dian A. Purbasari, Direktur Yayasan Bakti Barito.
 
Walaupun dari tahun ke tahun semakin banyak organisasi Filantropi Indonesia yang menjawab isu-isu perubahan iklim, sebaiknya juga mengukur berbagai dampak dari kegiatan seperti mitigasi perubahan iklim, isu pangan serta konservasi.
 
Tantangan kemitraan filantropi di lintas sektor menurut Dian adalah perspektif di mana perlu adanya kesepahaman agar kolaborasi semakin lancar, dan adanya data sharing yang dapat menjembatani titik tengah antara kedua data yang tidak sama supaya kolaborasinya efektif.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan