"Salah satunya karena upaya stabilisasi harga yang dilakukan pemerintah yang berdampak pada turunnya inflasi komponen volatile food," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam keterangan resminya, Selasa, 1 Maret 2022.
Inflasi volatile food tercatat 1,81 persen pada Februari 2022 dan inflasi administered price sebesar 2,34 persen. Sementara itu, terjadi kenaikan inflasi komponen inti yaitu sebesar 2,03 persen seiring dengan menguatnya permintaan.
"Minyak goreng memberikan andil dalam angka deflasi bulan ini karena pada awal Februari, Pemerintah menerbitkan peraturan tentang penetapan harga eceran tertinggi (HET) di tengah kenaikan harga CPO di pasar global," lanjut Febrio.
Inflasi administered price Februari 2022 juga dipengaruhi oleh penurunan aktivitas masyarakat akibat adanya peningkatan Omicron. Selain itu, pemerintah masih akomodatif pada harga energi domestik untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Selanjutnya, inflasi inti masih melanjutkan tren peningkatan yang dipengaruhi oleh membaiknya sisi permintaan serta lanjutan dari efek passthrough ke harga konsumen, meskipun secara terbatas.
Untuk menjaga stabilitas harga di tingkat nasional, ia mengungkapkan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan selalu melakukan sinergi dan koordinasi dengan Bank Indonesia (BI) serta otoritas terkait demi menjaga inflasi.
"Pemerintah berkoordinasi dan besingeri untuk menciptakan bauran kebijakan yang tepat. Pemerintah juga akan terus mengantisipasi perkembangan harga komoditas global termasuk yang disebabkan oleh isu geopolitik," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News