Produk furnitur lokal. Foto: Medcom.id/Kautsar Widya Prabowo.
Produk furnitur lokal. Foto: Medcom.id/Kautsar Widya Prabowo.

Produk Furnitur hingga Mamin Indonesia Siap Mendunia

Ade Hapsari Lestarini • 21 Juli 2020 13:05
Jakarta: Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mendorong terbukanya kesempatan dagang di mancanegara. Peluang tersebut dilakukan dengan rutin melakukan temu bisnis (business matching) secara daring.
 
Salah satunya Indonesian Trade Promotion Center Los Angeles (ITPC LA) bekerja sama dengan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) yang menggelar rangkaian temu bisnis pada 14 Juli lalu untuk sektor makanan dan minuman, 17 Juli untuk sektor furnitur, serta 21 Juli untuk fesyen dan pakaian jadi.
 
Pada 15 Juli lalu, ITPC LA juga bekerja sama dengan dengan KJRI San Francisco, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Pemerintah Daerah Jawa Timur menggelar acara serupa untuk sektor makanan minuman, furnitur, dan fesyen.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyampaikan kegiatan temu bisnis virtual ini merupakan langkah kreatif Kemendag dalam mendorong kinerja ekspor industri makanan dan minuman di pasar internasional. Juga merupakan dukungan nyata Kemendag terhadap sektor UKM agar semakin mampu bersaing. Langkah ini berbuah positif, para importir tertarik atas beberapa produk UKM Indonesia.
 
Data Biro Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kemendag, total perdagangan Indonesia-Amerika Serikat periode Januari-Mei 2020 tercatat sebesar USD10,7 miliar, dengan surplus bagi Indonesia sebesar USD3,70 miliar. Sedangkan pada 2019, total perdagangan kedua negara mencapai USD27,11 miliar dengan surplus bagi Indonesia sebesar USD8,58 miliar.
 
Baca: Ekspor Furnitur ke AS Melonjak 51,3%
 
Khusus untuk ekspor makanan dan minuman Indonesia ke AS, pada periode Januari-April 2020 mencapai USD293,63 juta. Nilai ini tumbuh 29,69 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara ekspor makanan dan minuman Indonesia ke Amerika pada 2019 tercatat sebesar USD730,4 juta.
 
Dia menambahkan produk makanan dan minuman Indonesia menjadi salah satu sektor yang mampu bergerak positif selama pandemi covid-19. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai ekspor pangan olahan Indonesia sebesar 7,9 persen pada periode Januari-April 2020 atau sebesar USD1,33 miliar.
 
Kemendag pun menyusun strategi peningkatan daya saing produk makanan minuman dan kuliner Indonesia. Strategi itu antara lain: Pertama, menentukan fokus pasar dan produk ekspor khusus untuk produk makanan minuman berbahan baku alami, organik, specialty, dan bumbu olahan sebagai bahan baku kuliner Indonesia.
 
Kedua, meningkatkan daya saing produk, sumber daya manusia, dan UKM ekspor. Ketiga, meningkatkan penetrasi pasar. Keempat, memperkuat peran perwakilan perdagangan di luar negeri. Kelima, melakukan relaksasi ekspor dan impor untuk tujuan ekspor. Keenam, pengembangan SDM ekspor di antaranya melalui webinar, pelatihan ekspor, dan program pendampingan ekspor selama pandemi.
 
Kemendag melalui ITPC juga terus membuka pasar baru dan menawarkan produk unggulan antara lain kopi, teh, minuman jahe, bumbu masak, berbagai saus siap pakai, rempah-rempah, makanan laut, keripik, mi instan, sarang burung walet, serta produk berbahan baku gula (confectionery products), ke sejumlah negara potensial, seperti Kanada.
 
Mendag menyebut, industri makanan dan minuman olahan menghadapi tantangan ekspor yang cukup berat karena pandemi juga menyebabkan pembatasan sosial. Meski begitu, tidak menyurutkan semangat ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia. Agus yakin produk ini tetap dibutuhkan pasar dunia.
 
"Kemendag mendorong pengembangan ekspor produk ini untuk mengawal kinerja ekspor, khususnya di tengah pandemi covid-19," tegas Agus, dalam keterangan resminya, Selasa, 21 Juli 2020.
 
Penyelenggaraan business matching dilaksanakan di beberapa lokasi berbeda yaitu di Kantor ITPC Vancouver Kanada sebagai tempat berkumpulnya para buyer dan di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta serta di kantor eksportir masing-masing.
 
Rangkaian business matching virtual Indonesia-Kanada dijadwalkan dalam empat gelombang. Pertama, pada Juli ini dengan fokus produk makanan dan minuman olahan. Kedua, pada September 2020 dengan fokus produk alas kaki, fashion, serta tekstil dan produk tekstil.
 
Ketiga, pada Oktober untuk produk alat-alat kesehatan, obat-obatan termasuk herbal, serta produk kimia dan farmasi. Keempat, pada November 2020 untuk produk mebel termasuk furnitur bongkar-pasang (knock-down furniture), dekorasi rumah, dan perabotan serta peralatan rumah tangga.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan