Namun Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan masalah keuangan yang dihadapi Garuda sebenarnya pernah dialami oleh beberapa maskapai di ASEAN.
"Sebagai gambaran, di seluruh dunia semua airline mengalami hal yang sama, jadi bukan Garuda saja. Tantangan pengelolaan keuangan dari sisi likuiditas, tantangan operasional saat pesawat di-grounded lessor, semua airline mencari pola yang berbeda-beda," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, dikutip Rabu, 10 November 2021.
Setidaknya ada empat maskapai di ASEAN yang mengalami kondisi keuangan serupa dengan Garuda.
1. Philippine Airlines (PAL)
Pada 3 September 2021, Philippine Airlines mengajukan kebangkrutan di Chapter 11, Amerika Serikat untuk memangkas utang sebesar USD2 miliar.Melansir AFP, maskapai penerbangan Filipina itu yakin pengajuan tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk merestrukturisasi kontrak dan memangkas utang setidaknya USD2 miliar sembari mendapatkan USD655 juta modal baru.
PAL juga mengurangi armadanya sebesar 25 persen dan menegosiasikan ulang kontrak untuk mengurangi pembayaran sewa.
Wakil Presiden Senior dan Kepala Keuangan PAL, Nilo Thaddeus Rodriguez dalam pesan video saat itu mengatakan Philippine Airlines akan melanjutkan operasi bisnis seperti biasa sambil menyelesaikan restrukturisasi jaringan, armada, dan organisasi perusahaan.
2. Malaysian Airlines
Pada awal tahun ini Malaysian Airlines juga berjuang meraih kesepakatan dengan lusinan kreditur terbesarnya untuk merestrukturisasi utang sekitar USD3,99 miliar."Malaysia Airlines juga melakukan out of court restructuring tapi tidak semua kreditur menyetujui sehingga digugat di beberapa pengadilan," ujar Tiko.
3. Thai Airways
Pada 15 Juni 2021, perusahaan penerbangan asal Thailand ini menyatakan diri bangkrut setelah para kreditur setuju atas skema restrukturisasi atas utang senilai 245 miliar bath Thailand.Pengadilan kepailitan Thailand pun menyetujui skema pembayaran utang sebagai bagian dari program restrukturisasi perusahaan setelah mengalami kesulitan keuangan.
4. Singapore Airlines (SIA)
Singapore Airlines juga mengalami tekanan keuangan akibat pandemi covid-19. Pada akhir Maret 2021, Singapore Airlines tercatat memiliki utang 11,5 miliar dolar Singapura atau naik dari 9,95 miliar dolar Singapura pada tahun lalu.Meski demikian, Pemerintah Singapura berkomitmen mendukung maskapai penerbangan. Temasek Holdings sebagai pemegang saham mayoritas SIA mendukung upaya maskapai untuk meningkatkan ekuitas baru guna membantunya bertahan.
Mengutip Centre For Aviation, pemerintah Singapura meluncurkan langkah-langkah signifikan untuk membantu sektor penerbangan, termasuk mendanai 75 persen sebesar 4.600 dolar Singapura gaji bulanan pekerja penerbangan dan memberikan 350 juta dolar Singapura untuk operasional maskapai penerbangan.
Tak hanya itu, pemerintah Singapura juga menyuntikkan dana talangan hingga 19 miliar dolar Singapura untuk membantu maskapai tersebut bertahan.
"Singapore Airlines mungkin karena dianggap sebagai salah satu katalis ekonomi Singapura makanya diberikan bailout," pungkas Tiko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id