Ilustrasi industri rokok. Foto: Medcom.id/Suci Sedya Utami
Ilustrasi industri rokok. Foto: Medcom.id/Suci Sedya Utami

Pekerja Industri SKT Terbantu dengan Tidak Adanya Kenaikan Cukai

Eko Nordiansyah • 08 Maret 2021 14:56
Jakarta: Pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan cukai sigaret kretek tangan (SKT) di tahun ini. Alasannya SKT merupakan salah satu sektor yang memiliki banyak tenaga kerja dan menjadi perhatian pemerintah dalam industri hasil tembakau (IHT).
 
Meski begitu, kenaikan cukai yang tinggi sebesar 23 persen pada tahun lalu dinilai masih menjadi beban berat bagi IHT. Pengamat ketenagakerjaan Tadjudin Noer Effendi mengatakan, sebelumnya sudah ada beberapa kali kenaikan yang membuat IHT sudah setengah mati.
 
Dengan adanya kebijakan kenaikan cukai yang tinggi tersebut, sepanjang 2020 volume IHT turun hingga 9,7 persen. Oleh sebab itu, Tadjudin menilai cukai SKT yang tidak dinaikkan tahun ini merupakan bentuk perhatian pemerintah yang sudah dipertimbangkan.

"Saya setuju insentif ini karena di pedesaan banyak yang sulit mencari kerja, jadi pemerintah bisa kasih insentif ke pabrik-pabrik rokok yang mempekerjakan padat karya. Langkah pemerintah ini merupakan upaya positif, yang dapat menggerakkan perekonomian di daerah," kata dia kepada wartawan di Jakarta, Senin, 8 Maret 2021.
 
Di sisi lain, keputusan pemerintah ini dinilai turut mempertimbangkan kondisi ekonomi yang masih terdampak pandemi covid-19. Hal ini tentunya tidak hanya menjadi kabar baik bagi para pelinting, namun juga memberikan sedikit kelegaan kepada para pekerjanya.
 
"Sangat bersyukur dan berterimakasih kepada pemerintah karena memperhatikan rakyat kecil seperti kami dengan tidak menaikkan cukai SKT, kami sebagai pelinting yang bekerja untuk keluarga sangat lega," ujar salah seorang pelinting di Bojonegoro Masnah.
 
Sebelum pemerintah mengumumkan tidak adanya kenaikan cukai di SKT, ia dan rekan sesama buruh pelinting selalu harap-harap cemas. Sebab, kenaikan cukai SKT pasti akan berdampak pada sektor yang memenuhi kebutuhan hidupnya itu. Belum lagi harus menghadapi dampak pandemi covid-19.
 
"Jadi pelinting itu kan hidup dan cari uangnya dari pabrik SKT, kalau pabriknya terus tutup, kami nanti bagaimana? Kami berharap pemerintah bisa terus peduli dan melindungi pelinting-pelinting yang kebanyakan wanita dan tulang punggung keluarga," pungkasnya.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan