Rencana tersebut tidak terlepas dari keunggulan serta daya tarik pariwisata dan ekonomi kreatif yang dimiliki oleh Provinsi Bali.
"Bali sudah dikenal dengan Desa Penglipuran yang kualitasnya kelas dunia, kita harapkan dengan pengembangan ini akan menyusul desa-desa wisata lain dari Bali," kata Sandiaga pada seminar dan working group bertema "Building World-Class Green and Sustainable Tourism Village for Bali’s Recovery and Transformation through Social Innovation" dilansir Antara, Sabtu, 24 September 2022.
Baca juga: Menparekraf Klaim Industri Pariwisata Kian Diminati |
Menurutnya, Bali tidak hanya sebagai episentrum desa wisata, tapi juga harus jadi center of excellence dalam pengelolaan desa wisata. Bali harus dapat berkembang lebih jauh. Tidak hanya sebagai destinasi, namun juga sebagai center of excellence dalam kaitannya dengan pengembangan pariwisata.
Ia juga mengungkapkan, Bali selama ini telah dikenal dalam penerapan konsep kosmologi Tri Hita Karana yang merupakan falsafah hidup tangguh dengan konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi.
Dalam konsep tersebut, ditekankan hubungan antara sesama manusia, alam, dan hubungan dengan Tuhan yang saling terkait satu sama lain.
"Konsep gotong royong dan kelestarian lingkungan atau sustainable ini harus terus kita jaga dan bangun, terutama di Bali dengan Tri Hita Karana di mana konsep ini erat kaitannya untuk membangun sosial ekonomi," jelasnya.
Sandiaga juga menjelaskan, belajar dari pandemi covid-19 ketidakpastian pada sektor pariwisata mendorong sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk menggeser paradigma pengembangan ke arah keberlanjutan dari segala aspek.
Fokus empat pilar dikembangkan Kemenparekraf dalam mewujudkan keberlanjutan yaitu pengelolaan berkelanjutan (bisnis pariwisata), ekonomi berkelanjutan (sosio-ekonomi) jangka panjang, keberlanjutan budaya (sustainable culture) yang harus selalu dikembangkan dan dijaga, serta aspek lingkungan (environment sustainability).
Menurutnya, desa wisata, memiliki kekuatan besar dalam mewujudkan empat pilar pengelolaan berkelanjutan tersebut. Desa wisata terbukti menjadi salah satu pilar penopang ekonomi masyarakat.
Di tengah pandemi, tingkat kunjungan ke desa wisata justru meningkat 300 persen. Hal itu tidak lepas dari daya tarik pariwisata berkualitas dan berkelanjutan dari desa wisata.
"Kita mengalami turbulensi time yang cukup tinggi. Saat ini kita dihadapkan dengan inflasi dan tahun depan ancaman resesi. Teman-teman desa wisata harus fokus pada pengembangan masyarakat karena dengan itu kita bisa melewati itu semua," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News