Kenaikan harga kopi dialami dalam setahun terakhir, baik kopi jenis arabika maupun robusta. Menurut data Bursa Komoditas London, harga kopi robusta bahkan melonjak sekitar 14 persen periode Maret hingga Agustus 2024.
Adapun penyebab utama dari kenaikan harga ini adalah penurunan produktivitas kopi karena perubahan iklim. Di mana, kopi-kopi sulit berbuah karena dilanda cuaca ekstrem seperti El Nino, La Nina hingga Osilasi Madden-Julian.
Kondisi ini pun mendapat perhatian dari Presiden Joko Widodo. Dalam kunjungannya ke Lampung beberapa waktu lalu, Jokowi menyadari bahwa laju produksi kopi Indonesia tak sebanding dengan laju peningkatan konsumsi kopi, baik untuk di dalam negeri maupun untuk ekspor.
"Harga kopi ini sekarang terus naik meskipun kadang turun. Tapi kalau secara tahunan naik terus dan juga volumenya untuk permintaan, demand export juga naik terus. Inilah yang tadi saya sampaikan ke Menteri Pertanian agar memberi perhatian kepada kopi," kata Jokowi.
"Yang paling penting adalah produktivitas per hektarenya harus naik. Yang banyak masih 1 hektare, 1 ton, 2 ton. Harusnya bisa masuk ke 8 ton atau 9 ton karena negara lain bisa di angka-angka itu," lanjutnya.
Presiden pun meminta kepada Menteri Pertanian untuk meningkatkan produksi kopi Indonesia.
"Tugas kita bersama membuat produktivitas per hektarenya menjadi naik drastis dan itu bisa terjadi kalau ada perawatan yang baik, ada pupuk yang baik, ada jarak tanam yang mungkin lebih lebih rapat sehingga produktivitasnya per hektare bisa menjadi naik," tutur Jokowi.
Baca: Strategi Pelaku Industri Kopi Hadapi Kenaikan Harga Kopi Dunia |
Kenaikan harga kopi ini jelas memberatkan para pelaku industri kopi. Imbasnya, sejumlah pelaku usaha kedai kopi tercatat telah menaikkan harga jualnya hingga lebih dari 30 persen.
Hal itu juga dirasakan salah satu produsen kopi terbesar Indonesia, Kapal Api. Mereka terpaksa harus beradaptasi dengan situasi ini.
"Kopi di seluruh dunia harganya naik, terutama robusta di Indonesia karena Kapal Api menggunakan 100 persen biji kopi. Jadi kita terus menaikkan harga. Kita sudah menaikkan harga cukup banyak dalam satu tahun terakhir karena kenaikan harga kopi juga sangat signifikan naiknya," kata CMO Kapal Api Group Christeven Mergono.
Pada kesempatan itu, Christeven mengatakan pihaknya sudah melakukan berbagai langkah strategis untuk menghadapi tantangan ini. Salah satunya melakukan efisiensi biaya di pabrik.
"Karena kita tidak mau bermain-main dengan kualitas, kita tetap menggunakan 100 persen biji kopi pilihan. Jadi menjaga kualitas adalah nomor satu. Kedua kita mulai melakukan efisiensi seperti efisiensi biaya di pabrik. Dalam strategi marketing, kita juga memilih sekarang, mana promosi yang tepat, mana yang kurang tepat, tetap harus kita pilih," lanjutnya.
Meski harga melonjak, namun minat konsumen untuk menikmati secangkir kopi tidaklah menurun. Karena bagi sebagiaan orang kopi sudah menjadi sebuah kebutuhan hidup. Secangkir kopi memberikan semangat dan mendorong produktivitas dalam menghadapi hari.
Berdasarkan data Konsumsi Kopi Dunia, konsumsi kopi masih mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase peningkatan konsumsi kopi per tahun di kisaran 2,5 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News