Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, kenaikan harga-harga ini akan memicu lonjakan inflasi. Padahal kenaikan inflasi bisa mengganggu daya beli masyarakat sebagai motor utama perekonomian.
"Sudah pasti berdampak ke perekonomian. Yang pasti akan segera memicu inflasi. Inflasi yang sudah beranjak naik karena banyak faktor akan lebih melonjak lagi," kata dia kepada Medcom.id, Senin, 4 April 2022.
Ia menambahkan, masyarakat kelas bawah tentu menjadi yang paling terdampak daya belinya jika terjadi kenaikan harga. Pada akhirnya konsumsi rumah tangga juga akan tertahan, sehingga pertumbuhan ekonomi bisa kembali mengalami perlambatan.
"Lonjakan inflasi akan memangkas daya beli masyarakat khususnya masyarakat bawah. Ujung-ujungnya akan menahan pertumbuhan konsumsi. Sehingga dengan demikian pertumbuhan ekonomi juga akan tertahan," ungkapnya.
Piter mengungkapkan, kenaikan harga ini tentunya harus diantisipasi pemerintah dengan memberikan bantuan kepada masyarakat miskin dan rentan. Namun kenaikan bantuan sosial (bansos) tentu bisa membebani keuangan negara.
"Yang bisa dilakukan adalah bagaimana mengurangi dampak tersebut bagi kelompok masyarakat miskin. Bantalan dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT) harus diberikan. Tambahan BLT ini akan membebani APBN," pungkas dia.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya memberi sinyal adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite hingga gas elpiji 3 Kg. Pemerintah akan melakukan perhitungan dengan cermat dan melakukan sosialisasi terkait rencana kenaikan tersebut.
"Overall akan terjadi (kenaikan) nanti pertamax, pertalite, kalau premium belum. Juga gas yang tiga kg (akan naik). Jadi bertahap, 1 April, nanti Juli, di September, itu nanti bertahap akan dilakukan oleh pemerintah," kata Luhut, dilansir dari Antara, Jumat, 1 April 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News