Ilustrasi. Foto: Medcom.
Ilustrasi. Foto: Medcom.

Dunia Bisnis Memasuki Era Hypercompetitive

Ade Hapsari Lestarini • 12 Juli 2024 17:41

Jakarta: Dunia bisnis saat ini menghadapi kondisi yang sangat kompetitif, bahkan beberapa pakar menyatakan hypercompetitive. Sehingga mendorong perusahaan mencari berbagai strategi untuk mengamankan pasar dan posisinya.
 
Hypercompetitive merupakan persaingan yang terjadi dalam lingkungan yang terus menerus mengalami perubahan secara cepat dalam kurun waktu yang semakin singkat.
 
Penyesuaian strategi dalam bentuk restrukturisasi bisnis seringkali menjadi cara perusahaan untuk terus memberikan nilai tambah bagi shareholders dan pemangku kepentingan luas.

"Penyesuaian di berbagai lini usaha, mulai dari pemasok bahan baku hingga strategi perusahaan, merupakan hal yang tak dapat dihindari dalam menghadapi perubahan signifikan," ujar Dosen Manajemen Stratejik Universitas Prasetiya Mulya, Realino Yudianto, Jumat, 12 Juli 2024.
 
Contoh nyata terjadi di Tanah Air, seperti pada BUMN Garuda Indonesia yang melakukan penyesuaian lintas berbagai aktivitas usaha seringkali tak dapat dihindari. Ini meliputi penyesuaian dengan pemasok bahan baku, struktur jajaran direksi, hingga strategi perusahaan secara keseluruhan.
 
Garuda Indonesia di 2023 mendapatkan kinerja impresif setelah sebelumnya terdampak covid-19. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, sepanjang tahun lalu revenue dan jumlah penumpang terus meningkat setiap kuartal.
 
Revenue Garuda Indonesia pada 2023 meningkat 39,83 persen year-on-year dari 2022. Sementara jumlah penumpang mengalami peningkatan dari 4,53 juta penumpang di kuartal I-2023 menjadi 5,69 juta penumpang di kuartal IV.
 
Proses perbaikan ini dilakukan melalui proses penyesuaian bisnis dari 2019 melalui restrukturisasi perusahaan dalam upaya yang dikatakan Garuda Indonesia sebagai strategi "right sizing". Dalam kurun waktu empat tahun dari 2019-2022, perusahaan melakukan penurunan rasio komposisi pegawai dengan rata-rata 17 persen per tahun.
 
Restrukturisasi di dunia bisnis
 
Restrukturisasi bisnis dalam bentuk right sizing juga dilakukan oleh dua perusahaan teknologi besar di dunia Meta dan Spotify.
 
Meta, induk Facebook, diketahui telah memangkas 22 persen total karyawannya atau sekitar 20 ribu karyawan di 2022. CEO Mark Zuckerberg pada saat itu mengatakan, melalui efisiensi yang dilakukan, Meta akan menjadi perusahaan yang lebih kuat dan gesit (agile).
 
Hasilnya, pada kuartal keempat 2023 pendapatan Meta naik 25 persen menjadi USD40,1 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan kinerja ini menjadi tingkat pertumbuhan tercepat perusahaan sejak pertengahan 2021.
 
Sementara itu, Spotify juga cuan besar pada 2023 dengan raupan laba sebesar 65 juta Euro pada kuartal ketiga 2023. Hal ini terjadi setelah perusahaan melakukan restrukturisasi karyawan sebanyak 800 pekerja.
 
Tantangan berikutnya bagi perusahaan yang melakukan restrukturisasi bisnis adalah meningkatkan efisiensi dan kinerja. Perusahaan perlu mengoptimalkan organisasi dan kinerja operasionalnya. Langkah ini akan mendorong perusahaan untuk mencari solusi baru, menerapkan teknologi canggih, dan mendorong karyawan untuk meningkatkan keterampilan mereka.
 
Dengan mengadopsi pendekatan ini, perusahaan tidak hanya dapat mengoptimalkan proses internal, tetapi juga dapat meningkatkan daya saing di pasar. Proses optimalisasi ini akan menghasilkan operasi yang lebih efisien, yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan kinerja secara keseluruhan.
 
Yudianto menambahkan, pemutusan hubungan kerja menjadi salah satu opsi terakhir yang dipilih oleh direksi perusahaan selanjutnya harus dihadapi dengan fokus pada penyelesaian industrial yang sesuai dengan regulasi yang berlaku.
 
"Komitmen terhadap penyelesaian industrial yang adil dan sesuai dengan hukum adalah kunci dalam menghadapi dampak sosial dari perubahan struktural dalam perusahaan. Pendekatan terkoordinasi antara pengusaha, pemerintah, dan stakeholder lainnya akan membantu meminimalisir dampak negatif dan membawa perbaikan kepada bisnis tersebut," jelas Yudianto.
 
Tentang prospek ke depan, Yudianto menekankan pentingnya transparansi dan kedisiplinan perusahaan dalam mengelola perubahan yang membuka peluang pertumbuhan masa depan. Berbagai analisis menunjukkan dalam proses restrukturisasi seperti yang dialami Garuda Indonesia, perlu adanya kebijakan yang mendukung iklim investasi dan melindungi investasi, baik domestik maupun asing.
 
Dalam hal ini, kebijakan pemerintah yang jelas dan mendukung upaya penciptaan iklim investasi yang kondusif akan memberikan kepastian kepada pelaku bisnis untuk berinvestasi dan berinovasi, sambil tetap memperhatikan seluruh spektrum pemangku kepentingan yang terlibat.


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan