"Digitalisasi telah menyelamatkan banyak aspek dalam kehidupan kita sehari-hari, beberapa dari kita sekarang bahkan bisa membeli sesuatu hanya dengan satu kali scan melalui aplikasi pembayaran," ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni Primanto Joewono dalam acara 4th Indonesia Fintech Summit, dikutip Sabtu, 12 November 2022.
Lebih lanjut, Doni menambahkan bahwa saat ini pertumbuhan pembayaran melalui digitalisasi telah tumbuh sebesar 26,44 persen secara tahunan (yoy). Selain itu, pemanfaatan e-commerce juga ikut tumbuh sebesar 21,26 persen (yoy). Menurutnya, pertumbuhan transaksi digital yang pesat mengarah pada infrastruktur pembayaran yang cepat, efisien, dan aman.
Di sisi lain, Doni menegaskan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi bisnis saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan. Maka dari itu, adaptasi digital menjadi kunci. "Kemampuan bertahan, beradaptasi, dan bertransformasi adalah kunci sukses menghadapi akselerasi digital karena pandemi, sehingga membantu menjadi game changer," kata Doni.
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyampaikan ekonomi keuangan digital Indonesia akan mencapai 30 persen atau mencapai USD360 miliar dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada 2030 nanti.
"Di 2030 sizenya sekitar USD360 miliar untuk ekonomi keuangan digital, dan kalau kita lihat PDB kita sekarang sekitar USD1 triliun, artinya sudah 30 persen lebih ekonomi kita base on ekonomi keuangan digital," ujar Destry
Dia mengatakan Indonesia harus dapat memanfaatkan momentum keunggulan bonus demografi yang ada untuk mendorong pertumbuhan ekonomi keuangan digital nasional, yang mana generasi muda usia produktif tentunya lebih familiar dengan teknologi.
"Saya rasa Indonesia dengan 273 juta jiwa, mayoritas adalah usia muda, usia dimana mereka familiar dengan teknologi, akan membuat pertumbuhan ekonomi lebih kuat dan resilien karena menyentuh masyarakat dan unit yang di bawah juga," tuturnya.
Baca juga: Airlangga: Platform Keuangan Digital Dorong Pertumbuhan Ekonomi! |
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menambahkan, untuk mencapai potensi ekonomi keuangan digital tersebut, pemerintah, BI, dan OJK, melakukan koordinasi dan kerja sama yang sangat erat untuk memastikan kebijakan dan layanan regulator kepada perusahaan maupun perusahaan rintisan, yang akan membuat target itu dapat dicapai.
Mahendra menjelaskan laju inovasi digital berjalan dengan sangat cepat, sehingga menekan para regulator untuk mengembangkan pendekatan sesuai dalam mengikuti inovasi yang dinamis. Oleh karena itu, lanjutnya, hal terbaik yang dapat dilakukan regulator adalah menemukan keseimbangan antara mempromosikan inovasi digital dan mengurangi potensi risiko yang mungkin muncul.
Saat ini, ekonomi digital domestik bernilai lebih dari USD70 miliar dan menjadi nilai tertinggi di ASEAN. Dengan demikian, Indonesia bisa menjadi jangkar yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi regional di ASEAN.
Selain karena ekonomi digital, terdapat beberapa faktor lain yang menjadikan Indonesia sebagai sumber kuat pertumbuhan ekonomi ASEAN yakni jumlah penduduk, demografi muda, serta kelompok usia masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang potensial masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh dan berkembang.
"ASEAN sendiri mungkin bisa menjadi satu-satunya kawasan di dunia yang masih bisa menikmati pertumbuhan ekonomi yang sehat di tahun-tahun mendatang," tuturnya.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai sektor keuangan digital memiliki potensi yang sangat menjanjikan, sehingga kehadiran berbagai platform keuangan digital diharapkan dapat mendukung percepatan pertumbuhan dan pemulihan ekonomi.
"Dalam mewujudkan pertumbuhan yang kuat melalui pengembangan inovasi keuangan digital, ekosistem ekonomi dan keuangan digital harus didorong," ucap Airlangga.
Menurutnya, dorongan tersebut harus dilakukan agar keuangan digital di Indonesia semakin berdaya saing, mampu mengikuti perkembangan teknologi, serta menjamin kepastian perlindungan hukum serta keamanan siber.
Airlangga menuturkan potensi sektor keuangan digital di Indonesia yang sangat menjanjikan terlihat dari data OJK dan BI. BI mencatat nilai transaksi uang elektronik selama 2022 naik hingga Rp404 triliun atau tumbuh 30,27 persen (yoy). Mereka juga turut melaporkan nilai transaksi digital banking diperkirakan bertambah 30,19 persen (yoy) menjadi Rp53.144 triliun.
Sementara itu, OJK mencatat penyaluran pinjaman daring mencapai Rp19,94 triliun per September 2022 atau naik 36,67 persen (yoy). "Transaksi ekonomi dan keuangan digital ini ditopang oleh akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, perluasan kemudahan sistem pembayaran digital, serta akselerasi digital banking," jelasnya.
Menurut Airlangga, pemerintah bersama OJK dan BI akan terus mendukung perkembangan kontribusi industri fintech terhadap penguatan ekonomi digital nasional. Adapun dukungan dilakukan melalui regulasi dan kebijakan yang mampu memicu lahirnya inovasi layanan keuangan digital, sekaligus perlindungan optimal kepada masyarakat pengguna layanan beserta ekosistemnya.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News