Pandawa Agri Indonesia (PAI) mengembangkan ekosistem pertanian end-to-end yang berkelanjutan di Mbay, Kabupaten Nagekeo, NTT. Foto: dok Pandawa Agri Indonesia.
Pandawa Agri Indonesia (PAI) mengembangkan ekosistem pertanian end-to-end yang berkelanjutan di Mbay, Kabupaten Nagekeo, NTT. Foto: dok Pandawa Agri Indonesia.

Genjot Produktivitas Petani, Perusahaan Ini Bangun Ekosistem Pertanian Berkelanjutan

Husen Miftahudin • 11 Agustus 2022 17:03
Jakarta: Pandawa Agri Indonesia (PAI) mengembangkan ekosistem pertanian end-to-end yang berkelanjutan di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, dengan menciptakan inovasi reduktan pestisida. Inisiatif Pengembangan Ekosistem Beras Natural Mbay ini merupakan satu diantara beberapa inisiasi lainnya yang dikembangkan PAI bagi petani swadaya (smallholders) di Indonesia.
 
Tercatat sejumlah dampak positif yang dihasilkan dari inisiatif tersebut, di antaranya peningkatan produktivitas hasil panen hingga 40 persen, peningkatan pendapatan petani, dan kesuburan tanah yang berangsur meningkat.
 
"Kami selalu berusaha untuk menghasilkan produk dan layanan yang dapat membantu kami mewujudkan visi perusahaan untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan. Kami melihat pengembangan ekosistem smallholders ini merupakan cara yang efektif dan efisien dalam mentransformasi sistem produksi pangan menjadi lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan," ucap Chief Executive Officer (CEO) dan Co-founder PAI Kukuh Roxa dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 11 Agustus 2022.

Kukuh menjelaskan, produk reduktan pestisida dapat digunakan petani untuk mengurangi dosis pestisida demi menghalau serangan hama pada tanaman. Di 2021 lalu, PAI mulai mengembangkan ekosistem bagi petani swadaya dengan turut menghadirkan teknologi Pendampingan Pandawa Agri Indonesia (PPAI) untuk mendukung inisiatif tersebut.
 
Teknologi PPAI dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pertanian di wilayah geografis dan untuk komoditas tertentu. Pada Pengembangan Ekosistem Beras Natural Mbay di Nusa Tenggara Timur, teknologi PPAI yang diterapkan meliputi Tujuh Intervensi berupa benih bersertifikat, pupuk mikro lengkap, mikoriza, pupuk silika, mikroba pengurai jerami untuk meningkatkan unsur organik dalam tanah, serta reduktan herbisida dan insektisida.
 
"Pendampingan yang dilakukan PAI ini terbukti mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen, sehingga pendapatan petani meningkat dan pasokan pangan di daerah tetap terjaga," ungkap Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do.
 
Baca juga: Badan Pangan Nasional Luncurkan Situs Panel Harga

 
Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi NTT I Nyoman Ariawan Atmaja mengatakan, pengembangan ekosistem petani swadaya ini merupakan sebagai praktik terpadu yang dapat menguatkan perekonomian daerah.
 
"Pengembangan Ekosistem Beras Natural Mbay ini merupakan praktik yang sangat baik dan patut dibawa ke tingkat nasional untuk dijadikan contoh program pengendalian inflasi daerah. Kedepannya diharapkan semakin banyak wilayah di Indonesia yang dapat mengembangkan closed-loop ecosystem seperti ini dengan komoditas yang juga beragam," paparnya.
 
Kukuh kembali mengatakan, hingga saat ini, reduktan pestisida, yang merupakan produk unggulan PAI, telah turut serta dalam mengurangi hingga dua juta liter penggunaan pestisida di Indonesia.
 
"Kami berharap inisiasi ini dapat mengurangi residu input sintetis secara bertahap, sehingga dapat turut memperbaiki kualitas lingkungan pertanian di Nagekeo. Selain itu, Kami berharap teknologi PPAI dapat mendukung para petani di Mbay untuk mencapai potensi maksimalnya serta meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani," tutup Kukuh.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan