Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, PMI di zona ekspansif ini juga menunjukkan bahwa aktivitas industri terus mengalami peningkatan. Pada level global, PMI Manufaktur Indonesia relatif lebih baik dibandingkan beberapa negara seperti Korea Selatan 51,9, Filipina 51,8, dan Malaysia 52,8.
"Setelah terjadi pelonggaran pembatasan aktivitas pada pertengahan tahun 2021, PMI yang terus berada di zona ekspansif ini mengindikasikan bahwa aktivitas manufaktur di sepanjang kuartal IV-2021 sangat tinggi dan kita berhasil keluar dari tekanan di masa puncak varian delta dengan cepat," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 4 Januari 2022.
Febrio menambahkan pencapaian ini juga ditandai oleh pertumbuhan output yang terus membaik, terutama didukung oleh peningkatan permintaan ekspor dari negara mitra dagang. Bahkan pertumbuhan output mengalami peningkatan dan menjadi pertumbuhan tercepat ketiga sepanjang sejarah.
"Perbaikan ini juga semakin mendorong optimisme pelaku usaha dalam menghadapi sejumlah risiko di 2022, seperti masih tingginya ketidakpastian terkait pandemi covid-19, serta meningkatnya bahan baku dan biaya logistik akibat gangguan di sisi supply," ungkapnya.
Dengan PMI yang terus melanjutkan tren ekspansif, sektor manufaktur nasional diperkirakan akan terus menguat di 2022 seiring dengan pemulihan permintaan domestik dan ekspor. Di sisi lain, arus pasokan bahan baku juga diproyeksikan akan membaik, sehingga tingkat optimisme bisnis pada 2022 diperkirakan meningkat.
"Secara umum, Rilis PMI Manufaktur Desember menunjukkan sentimen sektor usaha semakin menguat karena perbaikan proyeksi ekonomi ke depan, seiring semakin terkendalinya pandemi," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News