Jakarta: Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan Laporan Perkembangan Kerja Sama negara Brunei-Indonesia-Malaysia-the Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). Hasil kerja sama keempat negara ini cukup baik meski dalam kondisi pandemi.
Dalam Proyek Infrastruktur Prioritas/Priority Infrastructure Projects (PIPs), negara-negara BIMP-EAGA sepakat untuk mengimplementasikan proyek-proyek infrastruktur senilai USD21,4 miliar yang terdiri dari proyek bandar udara, pelabuhan, jalan, jembatan, kereta-api, dan lain-lain.
"Sebanyak 27 Proyek Infrastruktur Prioritas (PIPs) dari 88 proyek sudah berhasil diselesaikan dan 10 proyek lagi akan selesai tahun ini. Proyek-proyek ini akan mendukung peningkatan keterhubungan, perdagangan, dan juga efisiensi logistik, untuk meningkatkan daya saing Indonesia," katanya dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 29 Oktober 2021.
Temuan awal dari Mid-Term Review Visi 2025 menunjukkan bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target di 2025. Bahkan kerja sama BIMP-EAGA tetap relevan, dinamis dan responsif terhadap target, walaupun berada pada kondisi pandemi krisis covid-19.
"Beberapa proyek yang menjadi perhatian dari Indonesia antara lain pengembangan pelabuhan Manado, penyelesaian beberapa ruas jalan tol, interkoneksi listrik Sarawak-Kalimantan Barat," ungkapnya.
Dalam Proyek Infrastruktur Prioritas/Priority Infrastructure Projects (PIPs), negara-negara BIMP-EAGA sepakat untuk mengimplementasikan proyek-proyek infrastruktur senilai USD21,4 miliar yang terdiri dari proyek bandar udara, pelabuhan, jalan, jembatan, kereta-api, dan lain-lain.
"Sebanyak 27 Proyek Infrastruktur Prioritas (PIPs) dari 88 proyek sudah berhasil diselesaikan dan 10 proyek lagi akan selesai tahun ini. Proyek-proyek ini akan mendukung peningkatan keterhubungan, perdagangan, dan juga efisiensi logistik, untuk meningkatkan daya saing Indonesia," katanya dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 29 Oktober 2021.
Temuan awal dari Mid-Term Review Visi 2025 menunjukkan bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target di 2025. Bahkan kerja sama BIMP-EAGA tetap relevan, dinamis dan responsif terhadap target, walaupun berada pada kondisi pandemi krisis covid-19.
"Beberapa proyek yang menjadi perhatian dari Indonesia antara lain pengembangan pelabuhan Manado, penyelesaian beberapa ruas jalan tol, interkoneksi listrik Sarawak-Kalimantan Barat," ungkapnya.
Isu negara-negara BIMP-EAGA:
- Transformasi digital yang inklusif
- Digitalisasi UMKM
- Memperkuat ekosistem perusahaan rintisan (startup), industri kreatif, dan peningkatan keterampilan tenaga kerja
"Yang tak kalah penting adalah mengembangkan kerangka pemulihan pariwisata, investasi hijau, dan mempromosikan energi baru dan terbarukan (EBT) menuju keberlanjutan dan ketahanan ekonomi," terang Airlangga.
Untuk peningkatan perekonomian secara lebih terarah, dibentuk dua koridor ekonomi yaitu West Borneo Economic Corridor yang akan menghubungkan Pontianak-Kuching-Brunei Darussalam dan Greater Sulu Sulawesi Economic Corridor untuk beberapa proyek pelabuhan yang telah diselesaikan antara lain di Manado Sulawesi Utara, dan Puerto Princesa Filipina, serta bandara di Zamboanga dan General Santos Filipina.
Di samping itu, penyelesaian jalan tol Manado-Bitung diyakini akan menurunkan biaya logistik dan distribusi sekaligus untuk mendukung keberlanjutan konektivitas laut antara Bitung-Davao. Secara khusus perluasan koridor ekonomi di East Borneo Economic Corridor dengan memasukkan wilayah di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sarawak, Sabah dan Tawi-Tawi.
"Selain itu, kami juga membahas perkembangan inisiatif green city yang intinya ingin mewujudkan wilayah perkotaan yang layak huni, ramah lingkungan, kompetitif secara ekonomi dan sejahtera secara sosial. Sejauh ini, kota Kendari, Indonesia telah menyelesaikan tahap pertama dengan menyusun Green Cities Action Plan (GCAP)," pungkasnya.
Untuk peningkatan perekonomian secara lebih terarah, dibentuk dua koridor ekonomi yaitu West Borneo Economic Corridor yang akan menghubungkan Pontianak-Kuching-Brunei Darussalam dan Greater Sulu Sulawesi Economic Corridor untuk beberapa proyek pelabuhan yang telah diselesaikan antara lain di Manado Sulawesi Utara, dan Puerto Princesa Filipina, serta bandara di Zamboanga dan General Santos Filipina.
Di samping itu, penyelesaian jalan tol Manado-Bitung diyakini akan menurunkan biaya logistik dan distribusi sekaligus untuk mendukung keberlanjutan konektivitas laut antara Bitung-Davao. Secara khusus perluasan koridor ekonomi di East Borneo Economic Corridor dengan memasukkan wilayah di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sarawak, Sabah dan Tawi-Tawi.
"Selain itu, kami juga membahas perkembangan inisiatif green city yang intinya ingin mewujudkan wilayah perkotaan yang layak huni, ramah lingkungan, kompetitif secara ekonomi dan sejahtera secara sosial. Sejauh ini, kota Kendari, Indonesia telah menyelesaikan tahap pertama dengan menyusun Green Cities Action Plan (GCAP)," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News