Ilustrasi. Foto: dok MI.
Ilustrasi. Foto: dok MI.

Food Estate Diharapkan Bisa Mengatasi Krisis Pangan

Ade Hapsari Lestarini • 19 Agustus 2023 22:13
Jakarta: Food estate diharapkan bisa mengatasi krisis pangan yang saat ini sering dikhawatirkan oleh Pemerintah. Terutama yang sedang melanda di beberapa negara di dunia.
 
"Kehadiran food estate di semua wilayah Indonesia harus mempunyai lumbung-lumbung pangan, agar terjadi kemudahan dan pemerataan pangan di seluruh Indonesia," kata Pakar Kebijakan Publik, Bambang Haryo Soekartono, Sabtu, 19 Agustus 2023.
 
Anggota Bidang Pengembangan Usaha dan Inovasi DPN HKTI ini mencontohkan beberapa food estate yang sudah berhasil, misalnya di Papua daerah Kerom dengan luas 10 hektare (ha) menghasilkan jagung raksasa dan sudah diekspor.

Sementara di Timika menghasilkan sagu, yang merupakan lahan terluas di dunia sebesar 4,7 juta ha yang per hektare menghasilkan 40 ton sagu. Bahkan sebagian diekspor dan sebagian lagi dikonsumsi sebagai makanan pokok masyarakat Papua.
 
"Sedangkan Merauke menghasilkan beras yang dikonsumsi sebagian oleh negara Papua Nugini dan sebagian lagi dikonsumsi oleh masyarakat di Papua," ungkap Bambang Haryo.
 
 
Baca juga: Respons Kritik PDIP, Jokowi Sebut Program Food Estate Dijalankan Lintas Kementerian

 
Ulasan Bambang tersebut menjawab pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tentang pembangunan food estate di Desa Tewai Baru, Gunung Mas, Kalimantan Tengah yang saat ini dalam proses terealisasi sebesar 600 ha yang disebut sebagai proyek lejahatan lingkungan dengan membabat hutan adalah tidak berdasar. Apalagi dikatakan seolah-olah semua hutan di Indonesia terbabat habis.
 
Bambang menjelaskan, jumlah luas hutan di Indonesia ada 125,8 juta ha. Berarti jumlah luasan yang akan difungsikan sebagai lahan yang diusahakan untuk ketahanan pangan sebesar 600 ha tersebut relatif sangat kecil bila dibanding dengan luasan hutan yang ada di Kalimantan tengah sebesar 10,3 juta ha. Apalagi dibanding luas hutan seluruh Indonesia seluas 125,8 juta ha.
 
"Hutan yang sudah dibabat untuk kelapa sawit di Indonesia ada sekitar 15 juta ha, dan hutan yang sempat rusak terbakar di 2015 sebesar 2,61 juta ha. Demikian juga hutan produktif yang digunakan untuk kepentingan penambangan batu bara di Indonesia dengan produksi penambagan sebesar 687 juta ton per tahun, jadi sudah berapa ratus ribu atau juta hektare hutan yang dibabat akibat penambangan batu bara tersebut," ungkap Anggota DPR-RI Periode 2014-2019 ini.
 
Ketua Harian Masyarakat Transportasi (MTI) Jawa Timur ini menegaskan, untuk membuka lahan baru butuh suatu proses menyeimbangkan kondisi hara tanah dengan melakukan pengolahan-pengolahan tanah agar tanah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai lahan produksi pertanian (lahan hijau).
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan