Ilustrasi. Foto: Antara/Rivan Awal Lingga.
Ilustrasi. Foto: Antara/Rivan Awal Lingga.

PGEO Harus Perbaiki Kinerja Operasional sebelum Terbitkan Surat Utang

Husen Miftahudin • 08 Mei 2023 21:41
Jakarta: Manajemen PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) disarankan untuk memperbaiki kinerja operasional di saat perseroan terus memperbanyak utang untuk menutup utang jangka pendek (refinancing). Perbaikan kinerja itu harus dilakukan perseroan saat utangnya kian menumpuk.
 
Saat ini tercatat total utang PGEO mencapai USD943,28 juta yang terdiri dari pinjaman bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun senilai USD327,7 juta. Sedangkan utang jangka pendek PGEO tercatat masih sekitar USD615,58 juta.
 
Pengamat energi Ahmad Kurtubi mengakui masih ada sejumlah permasalahan yang terjadi pada bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP). Menurutnya perseroan perlu memperbaiki kinerja beberapa PLTP yang belum menghasilkan secara optimal.

Kurtubi mengamini salah satu aset milik PGEO yaitu PLTP Karaha belum juga mampu membukukan keuntungan karena tingginya beban yang harus ditanggung akibat teknologi yang tertinggal dibandingkan dengan pengembangan geotermal di negara lain.
 
"Permasalahan terutama dari sisi hulu yang memang masih belum efisien. Jadi harus dikembangkan dulu teknologinya," ujar Kurtubi dikutip dari siaran persnya, Senin, 8 Mei 2023.
 
Dari sisi industri, menurutnya pengembangan PLTP di dalam negeri sangat lambat, padahal secara teknis umum, proses eksplorasi dan eksploitasinya sangat mirip dengan migas, yakni pengeboran. "Padahal Pertamina ahli dalam hal ini, tapi kenapa sulit untuk mengembangkan bisnis geotermal-nya," tanyanya.
 

Contoh Islandia kembangkan bisnis geotermal


Menurut Kurtubi, Indonesia dapat mencontoh Islandia yang berhasil mengembangkan bisnis geoterrmal dengan optimal sehingga dapat menguntungkan. "Saya melihat seharusnya ada investasi untuk meningkatkan kualitas SDM-nya sehingga dapat mengembangkan teknologi dan berdampak pada efisiensi," sebut dia.
 
Dalam laporan keuangan PGEO dipaparkan operasional PLTP Karaha terus membukukan kerugian yang mendalam dengan mencatatkan rugi tahun berjalan sepanjang medio 2020-2022 masing-masing sebesar USD13,73 juta, USD12,52 juta, dan USD9,74 juta.
 
Hal ini diakibatkan oleh beban pokok pendapatan PLTP Karaha yang tinggi dengan nilai mencapai USD15,06 juta pada 2020, USD16,24 juta pada 2021, dan USD15,44 juta pada 2022.
 
Sedangkan, pendapatan usaha hasil penjualan listrik dari PLTP Karaha pada periode yang sama hanya sekitar USD7,32 juta, USD6,94 juta, dan USD7,05 juta. Dengan begitu, rasio biaya terhadap pendapatan (BOPO) PLTP Karaha senilai 205,74 persen, 234 persen, dan 219,01 persen. Padahal BOPO yang baik, maksimal 85 persen.
 
Baca juga: Ngincer PGEO? Simak Dulu Nih Kinerja Sahamnya..
 

Terbitkan surat utang jumbo


PGEO akan menerbitkan surat utang jumbo sekitar USD400 juta atau sekitar Rp6 triliun. Seluruh emisi obligasi ini akan digunakan perseroan untuk membayar utang kembali (refinancing) yang akan jatuh tempo pada Juni 2023.
 
Adapun nilai surat utang global yang akan diterbitkan diperkirakan mewakili 20 persen sampai 50 persen dari ekuitas perseroan setelah IPO.
 
Mengacu pada laporan keuangan per 31 Desember 2022, total ekuitas PGEO mencapai USD1,25 miliar. Dengan demikian, 20 persen sampai 50 persen dari jumlah tersebut berkisar antara USD251 juta hingga USD627 juta.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan