Salah satu rumah warga di Desa Kabanda, Sumba Timur, NTT yang menerima aliran listrik PLN - - Foto: dok PLN
Salah satu rumah warga di Desa Kabanda, Sumba Timur, NTT yang menerima aliran listrik PLN - - Foto: dok PLN

Cahaya PLN Terangi Desa di Timur Indonesia

Suci Sedya Utami • 27 Februari 2021 19:45
Sumba Timur: Bertumpu pada lilin dan lampu pelita minyak tanah menjadi kebiasaan yang selama ini dilakukan oleh warga di Desa Kabanda, Kecamatan Ngadu Ngala, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mendapatkan penerangan, lantaran belum adanya aliran listrik yang tersambung ke wilayah tersebut.
 
Di malam hari, perasaan cemas pun dialami warga di sana karena takut jika penggunaan lilin atau lampu minyak tanah dapat menimbulkan percikan api dan menyebabkan kebakaran. Apalagi masyarakat harus mengeluarkan biaya untuk membeli lilin maupun bahan bakar berkisar Rp30 ribu hingga Rp50 ribu setiap bulan.
 
Namun kini masyarakat tidak lagi resah setelah adanya Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) dan juga Alat Penyimpanan Daya Listrik (APDAL) yang dihadirkan PT PLN (Persero). APDAL merupakan alat penyimpan energi listrik berbasis baterai dengan kapasitas Watt hour (Wh) yang dapat diisi ulang pada SPEL. Untuk di Kabanda, APDAL memanfaatkan sinar matahari melalui panel surya sebagai sumber energi.

APDAL yang telah terisi oleh listrik selanjutnya dapat disambungkan di instalasi listrik milik pelanggan dengan tiga buah lampu dan tiga buah saklar. APDAL bisa diisi ulang secara mandiri di SPEL PLN yang tersedia di beberapa titik.
 
Umbu Ndaing merupakan salah satu keluarga yang merasakan manfaat dari inovasi perseroan dalam menghadirkan listrik bagi desa-desa di wilayah 3T atau terdepan, tertinggal dan terluar. Menurut Ndaing, tidak saja digunakan sebagai penerangan warga, kehadiran aliran setrum  juga sangat membantu warga setempat dalam menjalankan usaha.
 
"Kami kini bisa melakukan beberapa kegiatan di malam hari termasuk memecahkan kemiri yang merupakan hasil tani di Desa Kabanda," kata Ndaing.
 
Vice President Public Relations PLN, Arsyadani G. Akmalaputri mengatakan pihaknya terus berupaya melakukan inovasi untuk menghadirkan listrik ke wilayah-wilayah pelosok yang sulit dijangkau. Salah satunya melalui pembangunan SPEL dan penyediaan APDAL yang bisa dinikmati oleh 161 rumah tangga di Desa Kabanda. Untuk menerangi masyarakat di sana, investasi yang dikeluarkan mencapai Rp1,7 miliar.
 
"PLN akan menyediakan SPEL bagi 285 desa secara nasional," kata Arsy pada Medcom.id, Sabtu, 27 Februari 2021.
 
Rasio elektrifikasi
 
Bahkan, kata Arsya, adanya pandemi covid-19 pun tidak menjadi hambatan bagi PLN untuk tetap mengejar target melistriki seluruh desa di Indonesia, demi mencapai rasio elektrifikasi 100 persen.
 
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga akhir 2020 menyatakan bahwa NTT merupakan provinsi yang rasio elektrifikasinya terendah yakni masih di bawah 90 persen. Sementara secara nasional, rasio elektrifikasi mencapai 99,20 persen dengan rasio desa berlistrik 99,56 persen.
 
"Khususnya untuk Provinsi NTT yang mana rasio elektrifikasinya hingga akhir 2020 sebesar 88 persen, akan didorong untuk dapat dilistriki seluruhnya. Sehingga pada 2021, rasio elektrifikasinya diharapkan dapat mendekati 100 persen," kata Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Hutajulu.
 
Data PLN teranyar di 2021, rasio desa berlistrik di NTT kini telah mencapai 95,47 persen. Selain Desa Kabanda, PLN juga menghadirkan listrik di 39 desa lainnya di NTT. Salah satunya Desa Nanga Bere yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat.
 
Selama ini, desa tersebut menikmati penerangan dan listrik menggunakan generator set (genset). Kehadiran listrik PLN ini membuat masyarakat bisa menikmati cahaya dan terang listrik dengan harga yang terjangkau.
 
Salah satu warga desa tersebut, Blasius Juma bersyukur karena kini desanya bisa menikmati cahaya lampu yang bersumber dari listrik PLN. Listrik tersebut juga sangat berguna bagi aktivitas usaha masyarakat.
 
"Sekarang sudah ada listrik dari PLN, kami dapat menggunakan listrik di siang hari untuk usaha kami seperti mebel dan membuat es batu sendiri sehingga hasil laut yang di dapat bisa bertahan lebih lama. Ini sungguh bermanfaat bagi kami dan menunjang perekonomian masyarakat," ucap Blasius
 
Untuk melistriki 39 desa tersebut, PLN membangun jaringan tegangan rendah (JTR) sepanjang 189,80 kilometer sirkuit (kms), jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 132,69 kms, dan Gardu sebanyak 44 buah dengan kapasitas daya 2.200 kiloVolt Ampere (kVA).
 
Dalam melistriki desa tersebut, PLN menghadapi sejumlah tantangan diantaranya letak geografis yang menantang. Namun perkara tersebut tidak menyurutkan semangat untuk merealisasikan hadirnya listrik kepada 8.234 calon pelanggan yang tersebar di 39 desa di NTT.
 
Secara bertahap, perseroan akan terus membangun infrastruktur kelistrikan ke daerah-daerah yang belum mendapatkan aliran listrik PLN. Pada tahun 2021 rencananya PLN akan melistriki 103 desa yang belum mendapatkan aliran listrik PLN dan perluasan di satu desa yang sebelumnya telah mendapatkan aliran listrik PLN. Sementara pada 2022 hingga 2024, PLN akan melistriki 427 desa baru dan perluasan di 46 desa.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan