Perangkat canggih bernama Climatic Chamber ASLT (Accelerated Shelf Life Testing) ini signifikan karena produsen makanan dan minuman tidak perlu menunggu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk mengetahui masa kadaluwarsa, stabilitas, hingga kandungan gizi dan mikrobiologi produk dengan tingkat akurasi mencapai 99,5%.
“Alat ini kami datangkan langsung dari Eropa. Bentuknya menyerupai lemari pendingin satu pintu, namun dilengkapi sistem pemantauan suhu, kelembaban, dan cahaya yang dapat disesuaikan untuk simulasi kondisi penyimpanan berbagai jenis produk,” ujar Head of Sales and Marketing Alvalab, Jonathan A. Widakdo, di sela kegiatan TEI, Jumat (17/10).
Jonathan menjelaskan bahwa proses pengujian dilakukan dengan memasukkan sampel produk ke dalam alat tersebut selama jangka waktu minimum 30 hari hingga maksimal 60 hari, tergantung jenis produknya. Hasil pengujian berupa laporan komprehensif yang mencakup umur simpan, perubahan fisik dan rasa, hingga potensi paparan mikrobiologi.
“Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan meluncurkan produk permen dengan varian rasa baru, maka sebelum mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), produk tersebut wajib diuji oleh lembaga independen seperti Alvalab. Kami memberikan analisis objektif mengenai kelebihan dan kekurangan produk sebelum diserahkan ke otoritas terkait yang bisa dipertanggung jawabkan dengan sertifikat analisa atau biasa disebut CoA,” jelasnya.
Lebih lanjut, Jonathan menuturkan bahwa hasil pengujian dari Alvalab telah diakui secara luas oleh berbagai pelaku industri, terutama bagi perusahaan yang menargetkan ekspor. “Banyak produk ekspor yang melampirkan sertifikat hasil uji lab dari kami karena tingkat akurasinya sangat tinggi dan telah memenuhi standar internasional. Laboratorium kami sudah berakreditasi ISO 17025 serta diakui oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan BPOM,” ungkapnya.
Untuk memperluas jangkauan layanan, Alvalab menyediakan sistem drop point dan pengiriman sampel dari empat kota besar, yakni Jakarta, Surabaya, Lampung, dan Pontianak. Pelaku usaha cukup mengirimkan produk melalui jasa ekspedisi bersama dokumen pendukung seperti Nomor Wajib Pajak (NPWP), Nomor Induk Berusaha (NIB), dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP).
“Setelah pendaftaran, kami akan memberikan akses akun khusus berupa username dan password agar klien dapat memantau seluruh tahapan pengujian secara real time, mulai dari penerimaan sampel hingga terbitnya hasil analisa,” ujar Jonathan.
Selain layanan pengujian, Alvalab juga memberikan konsultasi gratis bagi pelaku usaha, terutama UMKM, untuk membantu mereka memahami standar mutu produk yang berlaku di dalam negeri maupun pasar global. “Kami ingin mendorong lebih banyak produk Indonesia agar dapat memenuhi syarat ekspor dengan harga uji laboratorium yang terjangkau, mulai dari Rp 100 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung kompleksitas jenis pengujian,” tambahnya.
Tak hanya fokus pada produk pangan, Alvalab juga melayani pengujian produk agrikultur, spices, essential oil, produk makanan dan minuman impor, memastikan bahwa setiap produk yang beredar telah memenuhi standar keamanan dan kualitas yang berlaku. “Hingga saat ini, sudah ribuan produk dari berbagai sektor yang kami uji demi menjamin kenyamanan dan keamanan konsumen,” tegas Jonathan.
Partisipasi Alvalab di Trade Expo Indonesia 2025 menjadi bukti komitmen perusahaan dalam mendukung peningkatan daya saing industri nasional di pasar global melalui inovasi dan keandalan teknologi laboratorium.
Sebagai informasi, Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso, menyampaikan bahwa hingga hari kedua penyelenggaraan TEI 2025, total nilai transaksi sementara telah mencapai USD 17,27 miliar atau setara dengan Rp286 triliun, berdasarkan hasil penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara pelaku usaha Indonesia dan pembeli luar negeri pada tanggal 15–16 Oktober 2025.
“Total tersebut masih bersifat sementara karena transaksi di hari ketiga masih dalam tahap rekapitulasi. Namun capaian ini menunjukkan besarnya potensi ekspor produk Indonesia di berbagai sektor,” ujar Mendag saat ditemui di ICE BSD, Tangerang.
Adapun produk yang paling diminati pembeli luar negeri mencakup batu bara, investasi energi biru, emas, biodiesel, furnitur, minyak kelapa sawit beserta turunannya, perhiasan, arang kayu, produk rempah, serta produk makanan dan minuman.
Tahun ini, TEI 2025 diikuti oleh 1.619 peserta dengan 8.045 pembeli (buyers) terdaftar dari 130 negara. Pameran dibagi ke dalam tiga zona utama, yaitu produk pangan dan pertanian, produk manufaktur, serta jasa dan gaya hidup. Kementerian Perdagangan menargetkan total capaian transaksi dagang TEI tahun ini mencapai USD 16,5 miliar atau setara Rp273,5 triliun.
Dengan hadirnya inovasi seperti Climatic Chamber ASLT, Alvalab menegaskan perannya sebagai mitra strategis dunia industri dalam membangun ekosistem mutu nasional yang kompetitif dan berdaya saing global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id