Penelitiannya didukung oleh lembaga ternama seperti John Templeton Foundation, Fetzer Institute, dan Well-Being Trust.
Mereka bukan sponsor kampanye, bukan pula LSM yang ngurus bansos. Mereka fokus pada hal-hal mendalam seperti makna hidup, kesehatan mental, dan spiritualitas.
Apa yang diukur? Bukan cuma isi dompet
Merangkum newsletter Pintar Saham, Studi ini meneliti 200 ribu orang di 22 negara, mewakili lebih dari separuh populasi dunia. Tapi yang bikin menarik, ukuran kesejahteraan mereka bukan sekadar pendapatan atau GDP. Mereka mengukur hal-hal seperti:- Apakah kamu merasa hidupmu bermakna?
- Apakah kamu merasa dicintai?
- Apakah kamu punya komunitas?
- Apakah kamu merasa terhubung dengan sesama?
Di sinilah Indonesia unggul.
Baca juga: Bukan Amerika atau Jepang, Justru Indonesia Jadi Negara Paling Bahagia di Dunia! Ini Alasannya |
Gotong royong dan relasi sosial kekuatan Indonesia
Meski sering jadi bahan keluhan karena jalan rusak atau bantuan sosial telat, masyarakat Indonesia punya satu hal yang tidak dimiliki banyak negara maju: ikatan sosial yang kuat.Mulai dari arisan, pengajian malam Jumat, bantu tetangga yang sakit, hingga budaya gotong royong yang masih hidup di banyak tempat, semua ini jadi bukti bahwa Indonesia punya modal sosial luar biasa.
Negara kaya, tapi sepi dan kesepian
Bandingkan dengan Jepang. Negara dengan teknologi canggih dan harapan hidup tinggi, tapi juga tingkat kesepian yang mengkhawatirkan. Banyak lansia di sana hidup sendirian dan baru ditemukan setelah meninggal berminggu-minggu.Amerika Serikat? Startup bertebaran dan GDP menjulang, tapi peringkat mereka cuma 12 dalam studi ini. Banyak orang kaya, tapi sedikit yang merasa punya makna hidup.
Indonesia: Kaya relasi, meski dompet tipis
Dengan pertumbuhan ekonomi 4,8 persen di kuartal I 2025, Indonesia mungkin tidak jadi raja ekonomi dunia. Tapi coba lihat sekelilingmu, keluarga besar yang saling bantu, tetangga cerewet yang peduli, dan komunitas yang aktif bikin kegiatan.Kita mungkin belum punya rumah mewah, tapi kita tahu siapa yang lagi susah dan siap bantu. Kita mungkin gak punya robot vacuum, tapi kita punya Pak RT yang tahu siapa yang butuh bantuan.
Sejahtera itu soal hati, bukan hanya harta
Hasil studi ini seperti menampar negara-negara yang terlalu fokus mengejar materi. Indonesia membuktikan bahwa sejahtera bisa hadir dalam bentuk kehangatan sosial, rasa memiliki, dan hidup yang punya arti.Kita mungkin tidak sadar, tapi justru hal-hal yang kita anggap biasa seperti ngobrol di warung, bantu tetangga hajatan, duduk bareng keluarga besar, itulah yang menjadikan kita negara paling flourishing di dunia.
Jadi, masih mau minder jadi orang Indonesia?
Di saat negara lain sibuk menciptakan teknologi untuk mempermudah hidup, kita masih bisa ketawa bareng di atas motor bertiga, saling bantu saat kesusahan, dan ngobrol tanpa takut dihakimi.Ternyata, itu adalah bentuk kesejahteraan paling mahal yang gak bisa dibeli dengan saldo rekening.
Jadi tenang aja, meskipun portofolio saham kamu lagi merah, selama masih ada tetangga yang nawarin gorengan pas kamu lagi bengong di teras, kamu tetap salah satu orang paling sejahtera di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News