Ilustrasi: Santri mengolah kedelai menjadi tempe di Ponpes Nurul Hakim di Kediri, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin, 12 Juni 2023.Foto: MI/Sumaryanto Bronto
Ilustrasi: Santri mengolah kedelai menjadi tempe di Ponpes Nurul Hakim di Kediri, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin, 12 Juni 2023.Foto: MI/Sumaryanto Bronto

Merawat Energi bagi Kemandirian Santri

Wandi Yusuf • 31 Oktober 2023 14:13
Jakarta: Memasuki Pondok Pesantren Ibnu Al Mubarok, Pekanbaru, Riau, kita langsung disambut pepohonan lebat. Di halamannya yang lapang, berjejer kandang yang menjadi tempat eksperimen santri.
 
Keberadaan kandang tak berarti suasana menjadi kumuh. Alih-alih berserakan sampah, halaman ponpes ini justru rapi jali. Pesantren ini bahkan menjadi salah satu contoh penerapan bank sampah terbaik di Riau.
 
Rini Yuningsih, pencetus santripreneur di Pesantren Ibnu Al Mubarok, mengatakan keberadaan bank sampah hanyalah salah satu inovasi. Pesantren Ibnu Al Mubarok ingin membuat sistem yang menggabungkan pembelajaran pendidikan dengan kewirausahaan atau entrepreneurship. Dan tentu saja, tetap mempertahankan lingkungan yang asri di lahan pesantren seluas 4 hektare.

"Saya mau santri di sini punya ilmu lain yang bisa diterapkan pada saat berbaur dengan masyarakat. Pada waktu dia keluar dari sini, mereka bisa men-tadabur-kan ilmu dari Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari," kata Rini dikutip dari Energia TV, pada Selasa, 31 Oktober 2023.
 
Konsep santripreneur dikembangkan Ponpes Ibnu Al Mubarok bersama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Lancang Kuning (Unilak). Ketiganya bersinergi bagaimana menyelamatkan bumi dari cara yang paling sederhana, yakni rumah tangga.
 
Melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (PJSL), PT PHR dan LPPM Unilak memberikan pelatihan selama 10 bulan sepanjang 2022. Hasilnya, hanya dari mengolah sampah saja, pesantren bisa meraup Rp15 juta hingga Rp30 juta setiap bulan dari bank sampah.
 
Selain mengolah sampah, ponpes yang memiliki 250 santri ini juga mengembangkan pupuk air lindi. Hal ini dilakukan untuk menyiasati harga pupuk yang mahal.
Merawat Energi bagi Kemandirian Santri
Rini Yuningsih, pencetus santripreneur di Pesantren Ibnu Al Mubarok. Foto: Youtube Pertamina
 
Pesantren Ibnu Al Mubarok juga mengembangbiakkan produk pertanian, mulai dari matoa, jeruk, lemon, azola, kacang panjang, cabai, pisang, kelapa, jagung, dan anggur. Belum lagi pengembangbiakan ayam dan maggot atau belatung.
 
"Produk-produk kami juga bisa dibeli langsung melalui e-commerce," kata Pendiri Ponpes Ibnu Al Mubarok, Rinwiningsih, dilansir dari Antara.
 

Berdaya lewat Jawara Pesantren

Energi santripreneur juga terasa dalam gelaran Jagoan Wirausaha (Jawara) Pesantren yang sudah berlangsung dalam tiga tahun terakhir. Program yang digagas Pertamina Foundation ini menjadi salah satu upaya menghidupkan mimpi santri.
 
Tiga santri dari Ponpes Hudatul Muna Ponorogo, yakni Tri Maidana Rohman Fuad, Tri Mardianto, dan Miftakhul Maarif, masih ingat saat mulai merintis Anom Home Decoration (AHD) Project pada 22 Oktober 2020. Saat itu, pandemi covid-19 sedang menjadi momok di Indonesia.
 
"Produk pertama kami asbak rokok yang mirip kuburan," kata Tri Mardianto, mengenang produk kerajinan tangan perdana yang dibuat AHD Project dari pengelolaan limbah kayu kepada Tebuireng.co.
 
Usaha dan doa tampaknya tak mengkhianati hasil. Pada perhelatan Jawara Pesantren 2022, AHD Project berhasil keluar sebagai juara pertama. AHD Project mengalahkan 20 tim atau 60 santri di babak final Jawara Pesantren 2022 yang diselenggarakan di Universitas Hasyim Asy'ari Tebuireng, Jawa Timur.
 
Mardianto masih ingat saat pandemi covid-19 melanda, pesantrennya mendapatkan sumbangan kayu bakar dari bekas potongan gergaji mebel. Kayu berjenis jati itu lantas diolah menjadi berbagai kerajinan tangan. Mulai dari asbak, interior teras, dekorasi panggung, figura foto, rak buku, hingga lemari.
 
Dari asbak kuburan, AHD Project kini memiliki omzet puluhan juta rupiah saban bulan. Saat pertama kali merintis, omzet per bulannya masih sekitar Rp5 juta.
 
"Kita ikut Jawara Pesantren agar bisa berkembang lebih baik lagi," kata Mardianto.
Merawat Energi bagi Kemandirian Santri
AHD Project berhasil menjadi juara pertama Jawara Pesantren 2022. Foto: Youtube Tebuireng Initiatives
 
Juri Jawara Pesantren, Ipang Wahid atau Irfan Asy’ari Sudirman Wahid, mengatakan Jawara Pesantren merupakan program pembinaan dan kompetisi kewirausahaan untuk komunitas santri. Ajang ini didukung oleh Pertamina Foundation, Omah Asa, dan Koperasi Ardaya.
 
Tidak hanya memberi modal kerja, para peserta Jawara Pesantren akan mendapatkan akses lanjutan untuk memperoleh pembinaan secara berkala. Dia berharap pemenang ajang ini bisa terus berkonsultasi mengenai bisnis yang dijalankan serta memperoleh jaringan yang bermanfaat untuk pengembangan bisnisnya.
 
"Kami berharap komunitas santri bisa menjadi pengusaha yang menciptakan lapangan manfaat dan juga kedaulatan ekonomi terutama bagi ekosistem pesantren," kata cicit dari pendiri Pesantren Tebuireng Hasyim Asy'ari ini. 
 
Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud S Asngari, berharap Jawara Pesantren bisa menjadi pelatuk bagi santri untuk terus berkembang. "Ini inisiatif kami guna memberikan challenge kepada santri untuk bisa memberikan nilai tambah bagi dirinya maupun pondok pesantrennya," kata Agus Mashud dikutip dari laman resmi Pertamina.
 

Ekosistem Pertashop di pesantren

Pertamina melalui Pertamina Patra Niaga juga mencoba merawat energi kemandirian pondok pesantren melalui Pertamina Shop (Pertashop). Melalui jaringan pesantren, Pertamina berharap pemerataan akses energi untuk masyarakat bisa segera tercapai lewat Pertashop. Selain itu, Pertamina ingin mendorong kemandirian ekonomi ponpes agar bisa menyejahterakan santri dan masyarakat sekitar.
 
Pertamina mengagas Pertashop pada 2018. Sebuah layanan belanja produk pertamina dalam skala kecil. Pertama kali meluncur, Pertashop diikhtiarkan untuk menjual BBM ramah lingkungan di daerah terpencil. Pertashop juga hadir untuk menggerakkan ekonomi desa.
Merawat Energi bagi Kemandirian Santri
Pertashop. Foto: Branda Antara
 
Kepentingan yang coba dicapai Pertamina melalui Pertashop ini sepertinya klop dengan keberadaan pesantren. Kementerian Agama mencatat, pada 2022 jumlah ponpes di Indonesia mencapai 37 ribu pesantren dengan jumlah santri mencapai 4,7 juta. Keberadaan pesantren pun notabene ada di daerah.
 
Hingga 30 April 2023, jumlah Pertashop yang beroperasi di Indonesia sebanyak 6.379 unit. Pertamina berkomitmen untuk membangun 1.000 unit Pertashop di lingkungan pesantren. Ide ini digagas BPH Migas berkolaborasi dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Pertamina (Persero), dan Bank Syariah Indonesia.
 
"Pembangunan Pertashop di lingkungan pesantren sebagai bentuk perwujudan ekonomi kerakyatan," kata Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa saat meluncurkan program ini dua tahun lalu di Pertashop Ponpes Nurul Qur'an, di Desa Surusunda, Kecamatan Karangpucung, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
 
Executive General Manager PT Pertamina (Persero) MOR IV, Sylvia Grace Yuvenna, berharap pembangunan Pertashop di sekitar pesantren ini bisa menjadi solusi mendekatkan energi kepada masyarakat. 
 
"Pertashop merupakan peluang bagi masyarakat untuk memiliki penyalur mini, SPBU skala kecil, resmi dan investasi kecil. Selain menjual BBM, juga bisa menjual LPG dan pelumas," kata dia.
 
Menteri BUMN Erick Thohir berharap Pertamina bisa membangun 10 ribu Pertashop dengan 1.000 di antaranya diarahkan untuk dikelola pesantren. "Saya apresiasi kolaborasi Pertamina, BSI, BPH Migas, dan juga Masyarakat Ekonomi Syariah untuk bahu-membahu dan jadi katalisator untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat," kata Erick.
 
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Yahya mengatakan pesantren harus mandiri. Meninggalkan pola lama yang sekadar bergantung pada proposal untuk bergerak. Menurut dia, Pertashop memberikan peluang santri untuk berwirausaha. Untuk membangun kemandirian di lingkungan pesantren.
 
"Yang kita perlukan adalah kombinasi antara ahli, dokter hafisz Qur'an, dan ekonom hafisz Qur'an untuk ketahanan nasional. Bukan ahli khilafiyah yang terus beradu pendapat tak maju-maju. Kapan kita mau bekerja," kata Habib Luthfi.
 

Pesantren dan pendidikan Finlandia

Presiden Perhimpunan Pengasuh Pesantren Indonesia, M Tata Taufik, mengatakan pesantren mengajarkan kecakapan hidup tradisional. Cara ini dilakukan untuk membekali para santri agar bisa hidup secara sederhana.
 
"Kecakapan hidup tradisional ini sangat dibutuhkan untuk membekali kemampuan hidup secara sederhana. Dan itu sangat bermanfaat nantinya untuk menjadi dasar pengembangan diri dan kemampuan di era apa pun, baik hidup secara tradisional maupun kehidupan yang sudah sangat modern dan maju," kata Tata saat berbincang dengan Medcom.id.
Merawat Energi bagi Kemandirian Santri
Anak-anak membentuk kelompok saat mengikuti Pesantren Kilat Ramadan 1444 H di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Rabu, 29 Maret 2023. Foto: MI/Ramdani
 
Menurut Tata, soal pendidikan adalah soal menyiapkan anak didik untuk bisa menguasai kecakapan hidup di masa depan. Dan itu harus dimulai dari akar tradisi kehidupan manusia universal, yakni penyelesaian masalah, berpikir strategis, kritis, tanggap, serta memiliki kemampuan menganalisis. 
 
"Kami tidak menciptakan robot di sini, tapi kita akan mendidik manusia sebagaimana jati dirinya makhluk yang selalu aktif berpikir," kata pengasuh di Ponpes Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat, itu.
 
Dia juga menekankan pendidikan seharusnya memang menanamkan akar-akar tradisi yang dimiliki, baik dari nilai-nilai agama maupun nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat. Sehingga, para santri siap mengembangkan diri di kemudian hari. 
 
"Sampai di sini terlihat ada banyak kesamaan pendapat tentang konsep pendidikan pesantren dengan pendidikan yang diterapkan di Finlandia," kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan