Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Jaga Kepercayaan Investor, Startup Perlu Jaga Citra Perusahaan

Husen Miftahudin • 02 Juni 2022 12:02
Jakarta: Fenomena startup memberhentikan ratusan karyawan yang terjadi belakangan ini mulai mengkhawatirkan. Ini karena investor tidak mau lagi mendanai beberapa startup dan membuat mereka terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan.
 
Selain terjadi di Zenius, JD.id dan beberapa startup lain melakukan PHK secara massal. Tercatat sekitar 15 ribu karyawan perusahaan rintisan di-PHK selama satu bulan terakhir.
 
Pengamat, Praktisi Publikasi, dan Perhumasan Gemal A.N. Panggabean mengatakan investor tidak hanya melulu menilai soal 'untung rugi'. Investor juga memiliki tolok ukur dari sisi citra perusahaan dan bagaimana startup melakukan edukasi dan publikasi.

Sayangnya, ungkap Gemal, perusahaan rintisan seringkali mengabaikan citra perusahaan mereka di publik. Saat startup masih memiliki daya yang cukup, seharusnya mereka tidak mengabaikan edukasi dan publikasi.
 
"Saya kira ini bukan semata-mata soal uang (untung-rugi), investor juga menilai bagaimana citra perusahaan di mata publik, pemerintah, dan stakeholder. Citra startup yang PHK karyawan itu tidak berkembang, artinya tidak banyak dikenal orang. Bagaimana mereka bisa meyakinkan investornya dengan nama yang tidak begitu dikenal?" jelas Gemal dalam keterangan tertulis, Kamis, 2 Juni 2022.
 
Dia membeberkan, salah satu penyebabnya karena edukasi dan publikasi seperti pemberitaan positif di media, iklan, dan media sosial yang tidak efektif dan tepat sasaran. Umumnya, startup yang tidak berkembang dan baru sulit untuk merebut perhatian publik serta stakeholder sehingga sulit memajukan citra positif perusahaan. Bahkan parahnya, mereka seakan-akan tidak peduli soal edukasi dan publikasi.
 
"Saya melakukan riset dan hampir setiap hari bertemu dengan pelaku startup. Mulai dari CEO, PR, Marketing, dan lain-lain. Mereka sulit menguasai media berita, media sosial, dan lain-lain. Bahkan, di antara mereka ada yang memang tidak mau menguasainya," terang Gemal yang juga menjabat sebagai Head of Research Duniafintech.com.
 
Gemal menyambung, masalah mereka di pencitraan juga terkendala anggaran yang dinilai besar. Padahal, mungkin saja mereka tidak memiliki sumber daya yang mumpuni dalam menaklukkan dunia publikasi dan komunikasi.
 
Namun, dia tidak bisa membantah soal anggaran publikasi dan edukasi yang mahal. Banyak pelaku startup yang tidak setuju dengan hal ini. Padahal jika dilakukan dengan tepat sasaran, maka edukasi dan publikasi akan berjalan efektif.
 
"Publikasi dan edukasi memang mahal dan membutuhkan effort yang luar biasa. Tapi kalau ini tidak dikejar, citra perusahaan 'gitu-gitu' saja. Startup membutuhkan tim dan konsultan yang mumpuni untuk komunikasi dan publikasi yang efektif. Tidak apa-apa mahal dan memerlukan ekstra effort, karena hasilnya efektif," tegasnya.
 
Ini bisa dilakukan dengan menunjuk tim public relation dan digital marketing yang andal. Pelaku startup juga bisa berkolaborasi dengan konsultan yang memahami bagaimana dampak publikasi dan edukasi dan juga mumpuni dalam menyusun perencanaannya.
 
Di sisi lain, Gemal meyakini masih banyak investor yang ingin mendanai startup. "Di kasus ini, investor itu tidak yakin dan bahkan merasa percuma. Tetapi jika investor melihat startup yang memiliki citra yang baik dan dari sisi keuangan yang ramping dan sehat, investor pasti berkata 'why not?'. Ya, mereka pasti mau," katanya.
 
Gemal juga menilai kurang tepat adanya pernyataan tentang era startup di Indonesia sudah berakhir. Masih banyak orang yang membutuhkan jasa e-commerce, fintech, dan lain-lain. Dia menyarankan perusahaan startup yang sehat perlu lebih fokus untuk meyakinkan dan mempertahankan investornya. Baik dari sisi citra perusahaan dalam melakukan edukasi dan publikasi serta juga hal penting lainnya.
 
"Karena kasus PHK massal ini jangan sampai semua orang memukul rata tentang startup. Masih banyak startup yang sehat dan memiliki citra yang baik. Masih banyak juga investor yang mau mendanai. Ini juga tantangan bagi startup yang sehat dan yang baru muncul untuk lebih meyakinkan investornya, supaya investornya juga terus percaya. Karena hadirnya mereka masih dibutuhkan masyarakat Indonesia," pungkas Gemal.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan