Beberapa hal yang akan memengaruhi perdagangan pada 2022, yaitu supercycle commodity, gangguan rantai pasok dan logistik, kenaikan inflasi yang tak terduga di berbagai negara (global inflationary pressure), hingga isu geopolitik Rusia-Ukraina.
"Kementerian Perdagangan akan terus berupaya menjaga tren positif kinerja perdagangan dalam dan luar negeri di tengah berbagai tantangan melalui transformasi perdagangan yang berfokus pada peningkatan ekspor nonkomoditas dan digitalisasi perdagangan," ujar Kasan dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 20 Maret 2022.
Kasan menegaskan, perdagangan Indonesia saat ini sedang bertransformasi, baik dari sisi perdagangan dalam maupun luar negeri. Hal ini sebagai upaya untuk terus mengakselerasi transformasi di bidang perdagangan guna mendukung proses pemulihan ekonomi pascapandemi covid-19.
"Saat ini, Indonesia sedang bertransformasi dari negara eksportir barang mentah dan setengah jadi menjadi negara eksportir barang manufaktur dan industri berteknologi tinggi. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh capaian ekspor Indonesia pada 2021, yang empat dari lima produk utama ekspor Indonesia adalah produk manufaktur seperti CPO dan turunannya, besi baja, produk elektrik dan elektronika, serta kendaraan bermotor dan suku cadangnya," tutur dia.
Ia menambahkan, ekspor Indonesia pada 2021 didominasi ekspor produk manufaktur dengan porsi sebesar 47,83 persen dari total ekspor Indonesia. Sementara, ekspor komoditas primer sebesar 46,87 persen dan migas sebesar 5,30 persen.
Menurutnya, kinerja perdagangan luar negeri menunjukkan capaian yang luar biasa. Hal ini ditandai dengan neraca perdagangan Indonesia yang terus melanjutkan tren surplus sejak Mei 2020.
"Pada 2020, Indonesia surplus USD21,7 miliar. Surplus ini bertambah pada 2021 menjadi sebesar USD35,34 miliar atau menjadi yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Pada Januari-Februari 2022 Indonesia juga tercatat mengalami surplus sebesar USD4,79 miliar," tuturnya.
Sedangkan dari sisi perdagangan dalam negeri, Kasan mengungkapkan laju inflasi pangan sepanjang 2021 tercatat sebesar 3,20 persen. Angka tersebut merupakan angka terendah sejak empat tahun terakhir.
"Hal ini menunjukkan stabilisasi harga bahan pangan sepanjang 2021 terjaga dengan baik," sebut dia.
Pada kesempatan yang sama, Direktur PwC Consulting Pieter Van de Mheen menambahkan potensi pertumbuhan perdagangan digital dapat dicapai melalui pengembangan tiga sektor, antara lain memprioritaskan adaptasi transformasi teknologi dalam kehidupan sehari-hari, penyusunan kebijakan yang adaptif, dan optimalisasi kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan.
"Kontribusi perdagangan digital terhadap PDB pada 2021 mencapai 6,6 persen. Sementara itu, nilai perdagangan digital diperkirakan akan terus tumbuh menjadi Rp4,631 triliun atau setara 22 persen pada 2030. Hal tersebut menjadi bukti nyata bagaimana besar potensi yang ditimbulkan oleh transformasi digitalisasi terutama pada bidang perdagangan,” imbuh Pieter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id