Sebagai negara yang berada di jalur cincin api, potensi panas bumi Indonesia menduduki peringkat kedua dunia setelah Amerika Serikat (AS). Satya mengatakan dengan potensi panas bumi di Indonesia yang sangat besar, yakni mencapai 23,9 ribu gigawatt (GW) atau 40 persen dari potensi dunia, tentunya harus dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan bangsa, terutama sebagai sumber energi listrik.
"Kami berharap harus ada satu keuntungan untuk bangsa, apalagi ini holding BUMN, pasti yang dimaksud ini efisiensi, ada market share yang tumbuh. Kami berharap ini membawa hal positif untuk pengembangan panas bumi," kata Satya dalam bincang pagi Buka-bukaan Pembentukan Holding BUMN Panas Bumi, Senin, 1 Maret 2021.
Ia mengatakan dari potensi tersebut, pengembangan panas bumi yang termanfaatkan hingga akhir 2020 baru mencapai 2.130,7 megawatt (MW). Capaian tersebut berada di bawah angka yang ditargetkan di tahun lalu sebesar 3.109,5 MW dan tentu masih sangat jauh dari target yang ditetapkan hingga 2025 yang sebesar 7.239 MW.
Mantan Ketua Komisi VII DPR RI ini mengatakan, saat ini memang pemerintah belum mengajak DEN untuk berdiskusi lebih jauh mengenai rencana pembentukan holding panas bumi. Pihaknya menunggu paparan dari pemerintah terkait dampak positif dan negatif pembentukan holding tersebut, serta manajemen holding dengan adanya rencana melepas saham ke pasar (IPO), termasuk apakah holding ini mampu menekan biaya produksi listrik panas bumi menjadi lebih kompetitif.
Kementerian BUMN tengah menyiapkan pembentukan holding BUMN panas bumi. Holding ini ditargetkan terbentuk tahun ini dan akan diisi oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT PLN Gas & Geothermal (PLN GG), dan PT Geo Dipa Energi.
Wakil Menteri BUMN Pahala N Mansury mengatakan dengan menggunakan aset ketiga perusahaan pelat merah itu, pemerintah bermaksud untuk membentuk badan usaha pengelola panas bumi terbesar di dunia dengan kapasitas terpasang terbesar.
"Gabungan perusahaan geotermal akan menjadi terbesar di dunia dalam installed capacity pembangkit geotermal," kata Pahala.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News