Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid. Foto: dok MI/Susanto
Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid. Foto: dok MI/Susanto

Presidensi G20 Dorong Indonesia Jadi Tujuan Investasi Berbasis Inovasi

Husen Miftahudin • 01 April 2022 22:34
Jakarta: Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyambut baik berbagai rencana investor global untuk berinvestasi di Indonesia. Salah satunya pabrikan kendaraan listrik asal Amerika Serikat (AS) Tesla Inc. untuk proyek power bank raksasa atau energy storage system (ESS) yang kembali menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi di Indonesia setelah dua tahun lalu sempat membatalkan rencananya.
 
Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengakui bahwa Indonesia saat ini menjadi salah satu negara tujuan investasi dunia. Dalam dua tahun terakhir saja, atau saat pandemi melanda, arus investasi ke Indonesia tetap tumbuh.
 
Di 2020 misalnya, realisasi investasi tercatat senilai Rp826,3 triliun, tumbuh 2,06 persen (yoy). Sementara di 2021 tumbuh 9,0 persen (yoy) menjadi Rp901,02 triliun. Bahkan dari data tersebut, investasi asing tumbuh paling besar, yaitu 10 persen (yoy) atau Rp454 triliun. Sementara di tahun ini, pemerintah menargetkan dapat merealisasikan investasi sebesar Rp1.200 triliun.

"Peluang mencapai angka tersebut tidak mustahil, apalagi ada dua momen potensial bagi Indonesia, dimana negara ini menjadi Presidensi G20 dan Business 20 (B20). Indonesia merupakan satu-satunya negara Asia Tenggara yang bisa menjadi tuan rumah G20-B20. Ini tentunya tidak akan disia-siakan untuk menarik investasi di segala bidang," ujar Arsjad dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 1 April 2022.
 
Untuk B20, Kadin ditunjuk sebagai penyelenggara yang akan memimpin forum tersebut. Prioritas yang diusung dalam B20 juga sejalan dengan tema prioritas G20, yaitu kemajuan inovatif, inklusif, dan pertumbuhan kolaboratif. Khusus untuk forum B20, Arsjad mengatakan akan membuat Indonesia berkesempatan mendapatkan kepercayaan dari komunitas global dan menumbuhkan pusat investasi di kawasan Asia Tenggara.
 
B20 adalah ajang dan forum dialog yang sangat strategis karena mempertemukan perusahaan papan atas yang punya kredibilitas tinggi dari negara-negara G20 untuk bisa berinvestasi di Indonesia. Investasi yang didorong terutama ialah yang berbasis inovasi dan kolaboratif untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
 
Tahun lalu, sejumlah perusahaan sudah mengumumkan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia. Contohnya antara lain investasi dari konsorsium Hyundai Motor Company-LG Energy Solution senilai USD1,1 miliar untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik.
 
Investasi ini bahkan telah dimulai dengan pembangunan pabrik sel baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat. Pada segmen ini, pemerintah juga telah mengantongi komitmen investasi dari Hon Hai Precision Industry alias Foxconn.
 
Begitu pun di sektor batu bara, pada November 2021 Menteri Investasi Bahlil Lahadalia berhasil mengunci komitmen investasi senilai USD15 miliar dari Air Products and Chemical Inc dari Uni Emirat Arab. Kesepakatan investasi megaproyek ini berupa pendirian fasilitas gasifikasi untuk konservasi batu bara bernilai rendah menjadi produk kimia bernilai tambah tinggi seperti methanol, dimethyl ether, dan bahan kimia lainnya.
 
Kemudian Philip Morris International melalui perusahaan afiliasinya PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang pada November 2021 lalu juga mengucurkan USD166,1 juta untuk berinvestasi membangun fasilitas produksi produk tembakau yang dipanaskan dan juga berbasis inovasi dan riset. Fasilitas produksi yang dijadwalkan akan beroperasi pada kuartal IV-2022 tersebut akan memenuhi permintaan pasar dalam negeri maupun ekspor di kawasan Asia Pasifik.
 
Investasi berbasis inovasi lain yang mesti diakselerasi, lanjut Arsjad, adalah teknologi digital. Oleh karena itu, Kadin sangat mendukung investasi berbasis teknologi digital ini. Di 2025, nilai pertumbuhan ekonomi digital diproyeksikan dapat mencapai USD146 miliar.

 
Ia melihat digitalisasi ekonomi akan memainkan peran penting dan strategis di masa depan, dan karenanya Indonesia perlu bersiap diri lebih agresif. Terlebih lagi banyak tantangan yang akan dihadapi, baik itu persoalan teknologi, Sumber Daya Manusia (SDM), hingga regulasi.
 
"Untuk itu, perlu membuka kemitraan publik-swasta dan menciptakan iklim yang kondusif bagi investor dan mampu memberikan dampak yang luas sehingga misi Indonesia Emas 2045 dapat terwujud," pungkas Arsjad.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan