Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mengungkapkan selama konflik dagang tersebut, Tiongkok merelokasi sebanyak lima perusahaan besar yang berada di AS ke Vietnam. Hal ini memberikan keuntungan ekspor sebesar 30 persen bagi Vietnam.
"Lima dari delapan perusahan Tiongkok dapat masuk ke Vietnam dan Indonesia tidak bisa mengoptimalkan keuntungan, meski kita juga pasar manufaktur yang besar," katanya dalam 9th US-Indonesia Investment Summit secara virtual, Selasa, 14 Desember 2021.
Sementara Indonesia hanya membukukan keuntungan dari sisi ekspor di bawah satu persen. Namun, setelah pandemi merebak pada Maret 2020 lalu, ekspor Indonesia ke AS mulai tumbuh signifikan hingga 17 persen imbas permintaan produk makanan dan logam dasar.
"Kenaikan permintaan dua produk tersebut karena tingginya harga komoditas global," ungkap dia.
Ini 5 alasan Tiongkok relokasi pabrik ke Vietnam:
- Vietnam memiliki produk ekspor yang mirip dengan Tiongkok.
- Tiongkok memiliki pabrik-pabrik untuk barang ekspor terutama barang elektronik.
- Harga lahan di Vietnam jauh lebih murah dibandingkan Indonesia.
- Tidak ada kewajiban konten lokal di Vietnam.
- Upah buruh di Vietnam lebih rendah.
Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investor Service mengungkapkan Indonesia memiliki kekurangan dari sisi infrastruktur terutama yang menunjang proses ekspor.
Karena itu, Indonesia harus mengembangkan infrastruktur penunjang jika Indonesia ingin mendorong investasi asing langsung (Foreign Direct Invesment/FDI).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News