Menurut Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian, cuaca dan iklim yang tidak menentu memengaruhi tingkat produktivitas kopi. Di sisi lain menurut International Coffee Organization, permintaan kopi mengalami pertumbuhan lebih dari 2 persen setiap tahunnya. Hal tersebut menyebabkan permintaan terhadap komoditas kopi lebih tinggi dibandingkan produksi kopi.
Kenaikan harga bahan baku kopi tersebut turut berpengaruh terhadap harga jual kopi sachet. Sejumlah pedagang kopi keliling alias starling yang kerap menjajakan dagangannya di sejumlah kawasan di Jakarta, pun terpaksa menaikkan harga jual antara Rp1.000 hingga Rp2.000 dari yang biasa menjual Rp.3.000 per gelas menjadi Rp4.000-Rp5.000 per gelas.
Baca juga: Festival Kopi MI, Menteri LHK: Peluang Kopi di Indonesia Masih Besar |
“Sekarang saya dan teman menaikkan harga. Soalnya saya beli dari agen harganya juga naik,” kata Deni, penjaja starling di Jalan MH Thamrin, Jakarta.
Untungnya, kopi starling ini sudah memiliki pangsa pasarnya sendiri. Terbukti, kenaikan harga kopi sachet tersebut tak menurunkan minat pembeli.
“Enggak apa-apa sih, masih wajar kenaikannya,” ucap Yohana Nadia, penikmat kopi starling.
Pendapat serupa juga dituturkan oleh Alfonsus. Dia tak mempersoalkan naiknya harga kopi, asalkan kualitasnya tetap sama.
“Intinya kan cuma harganya yang naik. Takaran atau kualitas kopinya tetap sama sih menurut saya,” kata Alfonsus.
Sekar, konsumen kopi starling lainnya, juga tak merasa keberatan karena kenaikan harganya tak terlalu signifikan. “Kalau aku enggak masalah kalau naiknya cuma seribu, dua ribu gitu,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News