"Kontribusi ini bisa mendorong pendapatan signifikan PT Timah yang tidak hanya bergerak pada pertambangan timah dan non-timah, tetapi juga mulai merambah ke sektor batu bara," kata Direktur Keuangan PT Timah Wibisono, dikutip dari Antara, Senin, 15 Maret 2021.
Sumber daya batu bara yang dikelola memiliki kalori tinggi atau 6.200 kkal per kilogram yang ditujukan untuk pasar ekspor yakni Tiongkok, Vietnam, dan Filipina.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan 2020, rugi bersih emiten pelat merah berkode TINS ini mencapai Rp340,60 miliar, angka rugi bersih ini turun bila dibandingkan capaian tahun sebelumnya senilai Rp611,28 miliar.
Selain itu pendapatan perusahaan tahun lalu juga turun sebesar 21,33 persen menjadi Rp15,21 triliun akibat penurunan harga komoditas akibat dampak pandemi covid-19. Sementara itu, pada 2019 pendapatan PT Timah tercatat sebesar Rp19,34 triliun.
Melalui ekspansi produksi batu bara, perusahaan menargetkan kinerja laba positif untuk tahun ini mengingat pasar batu bara kalori tinggi cenderung stabil dan banyak diminati konsumen karena lebih efisien.
Dalam sepekan terakhir, harga batu bara sprint menembus level psikologis USD90 per ton. Secara rata-rata, harga batu bara tahun ini lebih mahal ketimbang periode yang sama tahun lalu, karena pergerakan harga batu bara dipengaruhi sentimen dan fundamental.
"Kami memasok batu bara kalori tinggi untuk pasar ekspor. Harga batu bara yang terus naik diharapkan mampu meningkatkan laba perusahaan ke depannya," kata Wibisono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News