Hal itu diungkapkan CEO PT Inerco Global International Hendrik Kawilarang Luntungan saat menandatangani kontrak kerja sama dengan PT. KHI Pipe Industries dan PT KNI (Krakatau Niaga Indonesia), anak perusahaan PT Krakatau Steel.
Kontrak kerja sama senilai Rp300 miliar itu dalam rangka membantu kinerja ketiga perusahaan dalam mengerjakan proyek infrastruktur pemerintah. Selain itu, kata Hendrik, juga untuk pengembangan proyek di Pertamina dan PLN.
"Kerja sama ini merupakan salah satu titik tolak setelah industri baja sempat lesu selama masa pandemi. Ini menandakan ekonomi mulai kembali menggeliat, pasca masuknya vaksin ke Indonesia," kata Hendrik, Kamis, 17 Desember 2020.
Dia berharap kerja sama ini bisa meningkat di 2021 menjadi Rp500 miliar. PT Inerco Global International sendiri saat ini sedang bernegosiasi dengan PT Krakatau Steel untuk membantu pembelian bahan baku.
"Mudah-mudahan kerja sama dengan PT Krakatau Steel ini bisa rampung di akhir tahun 2020 ini," ujar Hendrik.
Sebelumnya Direktur Jenderal Konstruksi Kementerian Pembangunan dan Perumahan Rakyat Trisasongko Widianto mengatakan mulai tahun depan permintaan baja akan banyak seiring dengan kegiatan infrastruktur yang kembali bergeliat.
"Untuk 2021 Kementerian PUPR mengemban amanah sebesar Rp150 triliun. Berdasarkan hasil estimasi diperkirakan tingkat baja konstruksi sebesar satu juta ton. Jadi ini bisa jadi potensi sekali," kata Trisasongko.
Jika dibandingkan kebutuhan baja tahun ini, kebutuhan di 2021 sangat meningkat signifikan. Sebelum covid-19 melanda, kebutuhan baja sudah turun yakni hanya 848 ribu ton. Kemudian saat pandemi yang mana kegiatan investasi khususnya infrastruktur tertahan. Kebutuhan baja menurun 41 persen menjadi sekitar 500 ribu ton.
"Tapi kalau kita lihat 2021 sampai 2024. Ini akan terjadi kenaikan yang cukup signifikan," ujar Trisasongko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News