"Terkait dengan penetapan batasan harga tertinggi pemeriksaan RT PCR yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI, tentunya hal ini akan berdampak pada Prodia," kata Direktur Utama Prodia Widyahusada Dewi Muliaty kepada Medcom.id, Kamis, 19 Agustus 2021.
Ia menjelaskan, selama pandemi tes pemeriksaan covid-19 telah berkontribusi terhadap pendapatan perseroan sekitar 20 persen. Dengan adanya penurunan tersebut pastinya akan berdampak pada kinerja di semester II-2021.
Namun Dewi menegaskan, perseroan sudah menyiapkan strategi agar penurunan tarif tes tersebut tidak terlalu mendalam. Perseroan akan menggenjot lagi kinerja tes pemeriksaan non covid-19 untuk menutup penurunan tarif tes covid-19.
"Namun, belajar dari pengalaman semester I-2021, sebelum second wave terjadi, kontribusi pemeriksaan terkait covid-19 terhadap pendapatan Prodia secara keseluruhan sekitar 20 persen, sehingga diharapkan pertumbuhan tes non-covid-19 meningkat untuk mendukung pertumbuhan perusahaan," jelasnya.
Pada semester I-2021, Prodia mencatat pertumbuhan pendapatan bersih sebesar 88,4 persen menjadi Rp1,2 triliun dan peningkatan laba bersih lebih dari 2.000 persen menjadi Rp301,02 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pada semester I-2021, perseroan telah melayani lebih dari delapan juta pemeriksaan kesehatan yang terdiri dari tes genomik, tes rutin, tes covid-19, dan pemeriksaan kesehatan lainnya
Kenaikan pendapatan bersih pada semester I-2021 ditopang oleh kontribusi pendapatan dari masing-masing segmen pelanggan. Segmen pelanggan individu dan rujukan dokter menyumbang sebesar 68,19 persen kepada pendapatan perseroan.
Sedangkan kontribusi segmen referensi pihak ketiga dan klien korporasi sebesar 31,81 persen terhadap pendapatan perseroan. Pendapatan tes esoterik juga mengalami pertumbuhan 214,9 persen menjadi sebesar Rp485,01 miliar seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan tes esoterik pada semester I-2021 menjadi sekitar satu juta tes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News