"Kenaikan BBM akan menyebabkan kenaikan inflasi, namun tidak akan berdampak secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Bali," kata Kepala KPwBI Provinsi Bali Trisno Nugroho, di Denpasar, dilansir dari Antara, Senin, 19 September 2022.
BPS Provinsi Bali mencatat ekonomi Bali pada triwulan II-2022 tumbuh sebesar 3,04 persen (yoy), sedangkan inflasi Bali pada Agustus 2022 tercatat sebesar 6,38 persen. "Memerhatikan tren pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi yang meningkat dalam level wajar maka diperkirakan proses pemulihan ekonomi Bali tetap berjalan dan tidak akan mengalami stagflasi," ujar Trisno.
Trisno menambahkan kenaikan harga BBM memiliki dampak langsung maupun tidak langsung terhadap inflasi. Dampak langsung merupakan dampak kenaikan harga BBM itu sendiri sebagai bagian dalam inflasi.
Baca: Tenang! BRI Pastikan Data Nasabah Tak Bocor |
Sementara untuk dampak tidak langsung, kenaikan harga BBM akan menyebabkan kenaikan tarif angkutan penumpang. Kenaikan tarif angkutan dalam kota dan angkutan antar kota ditetapkan oleh Organda dan pemda. Kemudian kenaikan BBM akan menyebabkan kenaikan biaya angkut barang, yang selanjutnya berdampak pada kenaikan harga barang.
"Semoga inflasi karena kenaikan BBM ini hanya one shot di September saja dengan kisaran 1-1,5 persen. Sedangkan Oktober hingga Desember sudah stabil, yang sudah diupayakan pemerintah dengan bantuan sosial. Selain itu diharapkan Oktober-Desember ada komoditas yang deflasi," katanya.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan kabupaten/kota di Bali akan terus memantau perkembangan harga dan pasokan komoditas bahan pangan dan strategis. Trisno menyampaikan dampak kenaikan harga BBM terhadap ekonomi Bali juga dapat kita lihat dari dua sisi, yaitu daya beli rumah tangga di Bali dan industri pariwisata.
"Masyarakat Bali sebagian besar menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi utama, sehingga kenaikan harga BBM akan menyebabkan kenaikan pengeluaran untuk transportasi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News