Hingga Agustus 2020, proyek yang dalam tahap konstruksi sebesar 19 ribu MW atau 54 persen. Sementara yang telah dilakukan kontrak atau power purchase agreement (PPA) sebesar 6.500 MW dan sisanya sebesar 839 MW dalam proses pendanaan serta 724 MW masih dalam proses perencanaan.
"Diharapkan di 2028-2029 seluruh program 35 ribu MW bisa diselesaikan," kata Arifin, Rabu, 23 September 2020.
Arifin bilang capaian hingga Agustus mengalami penambahan kapasitas sebesar 1.484 MW dari posisi di akhir 2019 sebesar 6.916 MW. Penambahan tersebut berasal dari penyelesaian pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Muara Karang GT 341,3 MW.
Kemudian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Kaltim Unit 2 sebesar 100 MW, PLTU Kaltim Unit 4 sebesar 2x100 MW, PLTU Bengkulu 100 MW, dan PLTGU Grati Add-On Blok 2 sebesar 195,3 MW.
"Pemerintah melalui Kementerian ESDM terus mendorong penyelesaian program 35 ribu MW melalui monitor dan evaluasi setiap bulan dengan memperhatikan kebutuhan setempat," jelas Arifin.
Terkait dengan bauran energi baru terbarukan (EBT) pada pembangkit hingga semester I-2020 kapasitas terpasangnya baru mencapai 10,43 gigawatt (GW) dari kapasitas terpasang seluruh pembangkit di Tanah Air sebesar 71 GW.
Dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2019-2028 penambahan pembangkit EBT ditargetkan sebesar 16,7 gigawatt (GW).
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Jepang ini mengatakan sebagai negara tropis, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan EBT terutama yang berasal dari energi surya atau matahari. Sebab Indonesia memiliki waktu terang matahari yang lebih panjang dibanding negara lain.
"Sangat bisa (mengandalkan energi surya) karena negara tropis penyinaran matahari lebih panjang," jelas Arifin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News