Jakarta: Pengusaha pusat perbelanjaan mengaku tengah dihadapi tantangan pascapandemi covid-19. Setelah tingkat kunjungan yang menurun pada pusat perbelanjaan disaat pandemi, saat ini pelaku usaha dihadapi tantangan bersaing dengan marketplace.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menyebut, meskipun tingkat kunjungan saat ini sudah berlangsung pulih, tapi sekitar 20 persen masyarakat masih berbelanja lewat online.
"Pandemi membuat sebagian masyarakat beralih berbelanja secara daring di marketplace. Berdasarkan catatan APPBI, diperkirakan 20 persen masyarakat Indonesia saat ini memilih tetap berbelanja secara daring, kendati semakin banyak mal yang kapasitasnya telah dibuka 100 persen," kata Alphonzus dikutip Senin, 25 Juli 2022.
Menurutnya, sebanyak 20 persen masyarakat tersebut memang menganggap mal dan pusat belanja sekadar tempat membeli barang. Oleh karenanya, mal terus harus berinovasi.
"Mal dan pusat perbelanjaan juga memiliki fungsi lain, yakni tempat untuk mencari hiburan, rekreasi, dan sebagainya. Karena itulah, tugas pengelola mal dan pusat perbelanjaan saat ini untuk berinovasi meningkatkan experience dan journey pengunjung," ujarnya.
Ia mengungkapkan, journey dan experience adalah satu kekuatan mal yang tidak dimiliki oleh marketplace. Selain itu, mal harus memberikan kenyamanan kepada pengunjung, salah satunya dengan berinovasi pada area parkir. Lahan parkir yang sulit dan ketidakpraktisan dalam bertransaksi parkir membuat masyarakat 'mutung' ke mal.
"Di mal itu pengunjung melakukan shopping, bukan sekadar buying things. Aktivitas shopping itu harus dirancang agar memberikan pengalaman yang menyenangkan," imbuhnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menyebut, meskipun tingkat kunjungan saat ini sudah berlangsung pulih, tapi sekitar 20 persen masyarakat masih berbelanja lewat online.
"Pandemi membuat sebagian masyarakat beralih berbelanja secara daring di marketplace. Berdasarkan catatan APPBI, diperkirakan 20 persen masyarakat Indonesia saat ini memilih tetap berbelanja secara daring, kendati semakin banyak mal yang kapasitasnya telah dibuka 100 persen," kata Alphonzus dikutip Senin, 25 Juli 2022.
Menurutnya, sebanyak 20 persen masyarakat tersebut memang menganggap mal dan pusat belanja sekadar tempat membeli barang. Oleh karenanya, mal terus harus berinovasi.
"Mal dan pusat perbelanjaan juga memiliki fungsi lain, yakni tempat untuk mencari hiburan, rekreasi, dan sebagainya. Karena itulah, tugas pengelola mal dan pusat perbelanjaan saat ini untuk berinovasi meningkatkan experience dan journey pengunjung," ujarnya.
Baca juga: Suka Belanja Online? Ini Cara Jaga Data Pribadi di Akun E-commerce |
Ia mengungkapkan, journey dan experience adalah satu kekuatan mal yang tidak dimiliki oleh marketplace. Selain itu, mal harus memberikan kenyamanan kepada pengunjung, salah satunya dengan berinovasi pada area parkir. Lahan parkir yang sulit dan ketidakpraktisan dalam bertransaksi parkir membuat masyarakat 'mutung' ke mal.
"Di mal itu pengunjung melakukan shopping, bukan sekadar buying things. Aktivitas shopping itu harus dirancang agar memberikan pengalaman yang menyenangkan," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News