Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Badan Anggaran DPR RI, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, besaran tersebut didasarkan pada asumsi makroekonomi tahun depan seperti pertumbuhan ekonomi 5,7 persen, inflasi tiga persen, nilai tukar rupiah di level Rp14.450 per USD, dan Indonesian Crude Price (ICP) USD50 per barel.
"Dengan asumsi tersebut, maka di 2022 nanti bisa-bisa angka subsidi khusus untuk listrik saja mencapai Rp61,1 triliun," kata Rida di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 7 April 2021.
Rida menjelaskan setiap kenaikan ICP USD1 per barel akan menambah besaran subsdi mencapai Rp26,6 miliar. Demikian juga pergerakan kurs, setiap pelemahan Rp100 per USD akan berdampak pada penambahan subsidi sebesar Rp343 miliar.
Selain itu, kata Rida, pembengkakan tersebut juga dikarenakan belum ada skema efektif terkait penyaluran subsidi listrik. Hingga saat ini, implementasi subsidi listrik dinilai masih belum tepat sasaran lantaran masih ada perbedaan data.
Selama ini berdasarkan realisasi data PT PLN (Persero), subsidi pupuk diberikan pada 24,49 juta pelanggan khusus golongan 450 volt ampere (VA). Sedangkan apabila disinkronkan dengan data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) Kementerian Sosial, terdapat 15,2 juta pelanggan 450 VA tidak pantas menerima subsidi.
"Oleh karena itu, jika kebijakan subsidi tertutup ini bisa dilakukan maka perlu juga waktu untuk bisa memilih pelanggan yang 450 VA ini," pungkas Rida.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News