Industri farmasi. Foto : Mi/Susanto.
Industri farmasi. Foto : Mi/Susanto.

Kurangi Ketergantungan Impor, GP Farmasi Siap Wujudkan Kemandirian Obat-obatan

Husen Miftahudin • 28 Maret 2022 17:57
Jakarta: Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi) terus memperkuat komitmen pelaku industri kesehatan dan farmasi untuk mewujudkan kemandirian kesehatan nasional dengan menjamin ketersediaan obat dan vitamin di 34 provinsi seluruh Indonesia.
 
"Dengan melibatkan 160 pabrik farmasi yang memproduksi kurang lebih 2.000 jenis zat obat dan kekuatan saluran distribusi anggotanya, GP Farmasi optimistis dapat berkontribusi dalam mengurangi ketergantungan obat-obatan impor," tegas Ketua Umum GP Farmasi Tirto Kusnadi dalam keterangan tertulisnya, Senin, 28 Maret 2022.
 
Tirto menyatakan GP Farmasi bersama dengan kementerian dan lembaga terkait juga telah memperkuat komitmen kerja sama strategis dalam upaya memenuhi kebutuhan obat-obatan dalam negeri. Menurutnya, dukungan dari kementerian dan lembaga menjadi hal yang sangat penting untuk terus diupayakan ke depan.

Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan akan memberikan fasilitas nonfiskal berupa pembiayaan uji klinik untuk industri farmasi inovator.
 
"Tidak hanya itu, GP Farmasi juga akan meningkatkan kemitraan strategis dengan akademisi, industri yang dapat memperkuat industri farmasi dari segi riset, bahan baku, sampai formulasi," tuturnya.
 
Merujuk data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), di Indonesia saat ini terdapat empat perusahaan farmasi milik negara (BUMN), 199 perusahaan farmasi swasta, dan 24 perusahaan farmasi multinasional industri farmasi nasional yang saat ini telah menguasai 89 persen suplai obat di dalam negeri.
 
Ia menekankan bahwa inovasi dan investasi yang telah dilakukan oleh pelaku industri farmasi menjadi fondasi fundamental untuk membangun ekosistem kemandirian kesehatan yang sejalan dengan inisiatif Indonesia yang diusung dalam KTT G20 di Bali akhir tahun ini.
 
Tirto juga menyampaikan, pertumbuhan industri pada 2021 mencapai sebesar 10,81 persen dengan nilai transaksi mencapai hingga Rp95 triliun, dalam hal penjualan dan distribusi produk farmasi.
 
"Namun, kami juga melihat potensi yang masih besar mengingat pengeluaran per kapita penduduk Indonesia untuk produk-produk farmasi masih lebih rendah dibanding negara lain di Asia Tenggara dan negara peer (berkembang) lainnya," urai dia.
 
"Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya menjaga kesehatan pascapandemi, Tirto berharap momentum tersebut dapat menjadi katalis positif bagi pertumbuhan industri farmasi nasional," tutup Tirto.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan