Jakarta: Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengingatkan masyarakat bawah harga kedelai hingga daging sapi bakal naik meski harga pangan lainnya secara umum relatif stabil.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mencatat ada beberapa harga komoditas yang naik seperti bawang merah, cabai merah cabai merah keriting, cabai merah besar, cabai rawit merah, dan kedelai.
Di rata-rata harga nasional, pada bawang merah naik hampir 20 persen menjadi Rp37 ribu per kg, pada cabai merah keriting naik 45 persen menjadi Rp50.500 per kg, cabai merah besar naik 38 persen menjadi Rp47.300 dan cabai rawit merah naik 43 persen menjadi Rp 66.500 per kg. Harga kedelai naik menjadi Rp11.500 di tingkat perajin dan di tingkat eceran di atas Rp13 ribu.
"Kenaikan harga bawang merah saat ini sifatnya sementara karena disebabkan tanaman di sentra produksi banyak yang rusak akibat curah hujan yang tinggi saat panen. Sehingga produktivitasnya turun sekitar 50 persen, menjadi empat ton per hektare," katanya dalam webinar bertajuk Quo Vadis Sembako Nasional, Sabtu, 5 Maret 2022.
Ia menjelaskan tingkat curah hujan yang tinggi menyebabkan harga bawang merah di atas harga acuan pemerintah yaitu Rp32 ribu per kilogram. Sementara itu, kenaikan harga cabai disinyalir akibat tertundanya masa pemetikan.
Meski demikian, secara umum perkembangan inflasi nasional pada Februari deflasi sedikit -0,02 persen (ytd). Pada Februari tahun berjalan (yd) inflasi hanya 0,54 persen. "Jadi secara umum masih aman, hanya beberapa komoditi memang harus kita perhatikan menjelang puasa dan Lebaran, terutama ketersediaan daging," terang Oke.
Di sisi lain, ketersediaan daging dikhawatirkan terhambat karena referensi daging oleh masyarakat Indonesia masih berupa daging segar. Sementara untuk penyangganya, Bulog telah menggelontorkan daging beku sebanyak 10 ribu ton mulai awal Maret.
Adapun pasokan dari Australia mengalami reformulasi sehingga harganya menyentuh USD4,3 per kg sapi hidup. Ini mengakibatkan harga daging sapi Australia di Indonesia berada di atas Rp130 ribu per kg.
"Di sana, biaya produksi menjadi lebih tinggi karena terjadinya inflasi dan batasan pergerakan gara-gara pandemi," tambah Oke.
Untuk kenaikan harga kedelai, lanjutnya, merupakan dampak dari turunnya produksi di negara-negara Amerika Selatan. Importir sempat mau menghentikan importasinya akibat harga kedelai yang tinggi imbas perang Ukraina dan Rusia. Namun, ketersediaan kedelai penting karena 150 ribu perajin tahu-tempe sangat bergantung terhadap impor.
"Kedelai perlu dan lebih baik tersedia walaupun harga tinggi. Kalau tidak tersedia berbahaya bagi keberlangsungan para perajin usahanya karena mereka sangat bergantung pada apa-apa kedelai tahu dan tempe," pungkasnya.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mencatat ada beberapa harga komoditas yang naik seperti bawang merah, cabai merah cabai merah keriting, cabai merah besar, cabai rawit merah, dan kedelai.
Di rata-rata harga nasional, pada bawang merah naik hampir 20 persen menjadi Rp37 ribu per kg, pada cabai merah keriting naik 45 persen menjadi Rp50.500 per kg, cabai merah besar naik 38 persen menjadi Rp47.300 dan cabai rawit merah naik 43 persen menjadi Rp 66.500 per kg. Harga kedelai naik menjadi Rp11.500 di tingkat perajin dan di tingkat eceran di atas Rp13 ribu.
"Kenaikan harga bawang merah saat ini sifatnya sementara karena disebabkan tanaman di sentra produksi banyak yang rusak akibat curah hujan yang tinggi saat panen. Sehingga produktivitasnya turun sekitar 50 persen, menjadi empat ton per hektare," katanya dalam webinar bertajuk Quo Vadis Sembako Nasional, Sabtu, 5 Maret 2022.
Ia menjelaskan tingkat curah hujan yang tinggi menyebabkan harga bawang merah di atas harga acuan pemerintah yaitu Rp32 ribu per kilogram. Sementara itu, kenaikan harga cabai disinyalir akibat tertundanya masa pemetikan.
Meski demikian, secara umum perkembangan inflasi nasional pada Februari deflasi sedikit -0,02 persen (ytd). Pada Februari tahun berjalan (yd) inflasi hanya 0,54 persen. "Jadi secara umum masih aman, hanya beberapa komoditi memang harus kita perhatikan menjelang puasa dan Lebaran, terutama ketersediaan daging," terang Oke.
Di sisi lain, ketersediaan daging dikhawatirkan terhambat karena referensi daging oleh masyarakat Indonesia masih berupa daging segar. Sementara untuk penyangganya, Bulog telah menggelontorkan daging beku sebanyak 10 ribu ton mulai awal Maret.
Adapun pasokan dari Australia mengalami reformulasi sehingga harganya menyentuh USD4,3 per kg sapi hidup. Ini mengakibatkan harga daging sapi Australia di Indonesia berada di atas Rp130 ribu per kg.
"Di sana, biaya produksi menjadi lebih tinggi karena terjadinya inflasi dan batasan pergerakan gara-gara pandemi," tambah Oke.
Untuk kenaikan harga kedelai, lanjutnya, merupakan dampak dari turunnya produksi di negara-negara Amerika Selatan. Importir sempat mau menghentikan importasinya akibat harga kedelai yang tinggi imbas perang Ukraina dan Rusia. Namun, ketersediaan kedelai penting karena 150 ribu perajin tahu-tempe sangat bergantung terhadap impor.
"Kedelai perlu dan lebih baik tersedia walaupun harga tinggi. Kalau tidak tersedia berbahaya bagi keberlangsungan para perajin usahanya karena mereka sangat bergantung pada apa-apa kedelai tahu dan tempe," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News