Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel (tengah) menunda rapat gabungan. Foto: dok ist.
Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel (tengah) menunda rapat gabungan. Foto: dok ist.

Rapat Dibatalkan, DPR Kecewa Mendag Tak Hadir Bahas Masalah Pangan

Medcom • 17 Februari 2022 18:47
Jakarta: Rapat Gabungan DPR RI untuk membahas masalah pangan harus diundur karena Menteri Perdagangan M Lutfi tidak hadir.
 
"Rapat kita undur karena Menteri Perdagangan tidak hadir, padahal menteri-menteri yang lain sudah hadir semua dan mereka juga ada acara dan membatalkannya hanya untuk hadir di rapat yang sangat penting ini karena menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia. Tentu sikap menteri perdagangan ini mengecewakan dan kami sesalkan," kata Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel, yang memimpin rapat tersebut, Kamis, 17 Februari 2022.
 
Kamis pagi ini, DPR RI mengadakan rapat gabungan yang melibatkan Komisi IV, Komisi VI, dan Komisi VII, dengan menghadirkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Menteri ESDM Arifin Tasrif. Hadir pula Ketua Komisi IV Sudin, Wakil Ketua Komisi VI Martin Manurung, dan Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto. Para anggota dari tiga komisi tersebut dan para pejabat eselon I dari tiga kementerian tersebut juga sudah hadir. Rapat ini membahas masalah kelangkaan pangan, harga pangan, dan hal-ihwal tentang pangan secara keseluruhan.

Gelar rapat gabungan

Gobel mengatakan, rapat gabungan ini diadakan untuk mencari solusi atas kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok yang menjadi hajat hidup rakyat banyak. Mulai dari harga minyak goreng, dan kini harga kacang kedelai. Sebelum itu juga kenaikan harga gula, telur ayam, daging ayam, bawang putih, dan lain-lain.

Hal itu terjadi sejak 2021 dan berlanjut hingga kini. Selain itu, katanya, rapat juga untuk mencari solusi tentang kelangkaan dan ketersediaan pangan. Rapat juga akan membahas masalah pupuk untuk pertanian, strategi pertanian, dan industri pangan. "Apalagi sebentar lagi masuk Ramadan dan Lebaran. Soal pangan ini juga bisa berdampak pada inflasi, ketenagakerjaan, dan kemiskinan. Selain tentu masalah perut semua orang," jelasnya.
 
Setelah membuka rapat, ia meminta pendapat masing-masing komisi atas ketidakhadiran menteri perdagangan tersebut. Sebelum itu, ia membacakan surat dari menteri perdagangan tentang alasan ketidakhadirannya, yaitu ada acara lain yang tidak bisa dibatalkan. Tak disebutkan apa acara tersebut.
 
"Kami usul agar rapat ditunda karena tak ada Menteri Perdagangan. Padahal di situ intinya," kata anggota Komisi IV Dedi Mulyadi menanggapi Gobel.
 
Selain itu, anggota Komisi VI DPR Gde Sumarjaya Linggih juga setuju agar rapat ditunda. "Ini masalahnya di kementerian perdagangan. Kementerian lain hanya penunjang. Ini menyangkut sembilan bahan pokok," katanya.
 
"Setuju ditunda. Tapi tidak bisa menunggu setelah masa reses. Ini masalah mendesak," tambah anggota Komisi VII, Maman Abdurrahman.
 
Setelah mendengar pendapat dari masing-masing komisi dan berdiskusi dengan pimpinan tiga komisi yang duduk di kursi pimpinan sidang, Gobel mengetuk palu menunda rapat gabungan. Namun kemudian Dedi Mulyadi mengangkat tangan meminta berbicara. "Perlu ada tindakan terhadap menteri yang tidak hadir ini," katanya.

DPR kesal dengan mendag

Setelah rapat selesai, para pimpinan komisi dan anggota DPR menyampaikan kekecewaan dan kekesalannya terhadap ketidakhadiran Menteri Perdagangan. Gobel mengatakan, sebetulnya tiga menteri yang lain juga memiliki agenda lain. Namun, karena sependapat dengan DPR yakni masalah pangan ini sangat penting, maka mereka memilih hadir dalam rapat gabungan ini.
 
"Menjadi pejabat negara itu harus memiliki hati nurani. Karena itu kita membuat rapat ini untuk mencari solusinya. Pengrajin tahu dan tempe sudah mengancam akan mogok produksi karena harga kacang kedelai naik terus. Dari harga Rp8.500 per kg sekarang sudah lebih dari Rp11 ribu. Ini ada apa? Masa tidak ada solusi," kata Gobel.
 
Menurutnya, soal pangan ini tidak bisa diselesaikan oleh satu lembaga tapi lintas sektoral. "Karena itu kita membuat rapat gabungan. Soal kedelai itu dulu Indonesia pernah swasembada. Mengapa sekarang 80 persen impor? Mengapa petani bisa kapok menanam kedelai? Pasti ada sebabnya," tegas Gobel.
 
Sementara terkait minyak goreng, katanya, hingga kini masih belum selesai karena masih langka dan masih mahal padahal sudah ada subsidi. "Ini semua butuh penjelasan dari pemerintah, terutama menteri perdagangan. Kita bahas, kita cari solusinya bersama. Tapi ini malah tidak hadir. Tentu mengecewakan," ujarnya.
 
"(Pangan) Kita tak bisa terus bergantung pada negara lain. Bapak Presiden Jokowi sudah benar memiliki visi trisakti, yang salah satunya mandiri di bidang ekonomi, salah satunya soal pangan ini. Jadi jangan sampai menterinya tak mau atau tak mampu mewujudkannya, tanah Indonesia luas dan subur, petaninya pun rajin. Jadi aneh jika Indonesia tak bisa berdaulat pangan," tutupnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan