Dalam RUPST tersebut, para pemegang saham sepakat untuk memberhentikan Jenderal Pol (Purn) Badrodin Haiti sebagai Komisaris Utama Waskita Karya dan digantikan oleh Heru Winarko. Selain itu, eks Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman pun dicopot dari jabatannya sebagai Komisaris emiten berkode saham WSKT tersebut.
Dari jajaran direksi, pemegang saham juga memberhentikan dengan hormat Arijanti Erfin sebagai Direktur Pengembangan Bisnis dan Quality, Safety, Health, and Environment dan digantikan oleh I Ketut Pasek Senjaya. Lalu, Taufik Hendra Kusuma yang tadinya menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko digantikan oleh Wiwi Suprihatno.
Dengan hasil keputusan RUPST tersebut, maka susunan terbaru Dewan Komisaris dan Direksi Waskita Karya menjadi sebagai berikut:
Komisaris Utama/Komisaris Independen: Heru Winarko.
Dewan Komisaris
Komisaris Independen: Muhammad Salim.
Komisaris Independen: Muradi.
Komisaris: T. Iskandar.
Komisaris: Dedy Syarif Usman.
Komisaris: Ahmad Erani Yustika.
Komisaris: I Gde Made Kartikajaya.
Dewan Direksi
Direktur Utama: Destiawan Soewardjono.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko: Wiwi Suprihatno.
Direktur HCM dan Pengembangan Sistem: Mursyid.
Direktur Pengembangan Bisnis: Septiawan Andri Purwanto.
Direktur Operasi I dan Quality, Safety, Health, Environment: I Ketut Pasek Senjaya.
Direktur Operasi II: Bambang Rianto.
Direktur Operasi III: Warjo.
Sementara itu, Corporate Secretary Waskita Karya Novianto Ari Nugroho mengatakan sampai dengan Mei 2022 perseroan telah berhasil membukukan Nilai Kontrak Baru (NKB) sebesar Rp8,13 triliun atau meningkat 321,43 persen dibandingkan 2021 sebesar Rp2,23 triliun.
"Perolehan NKB bersumber dari proyek swasta sebesar 53,23 persen, pemerintah sebesar 35,98 persen, dan pengembangan bisnis anak usaha perseroan sebesar 7,84 persen," urainya, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 17 Juni 2022.
Berdasarkan segmentasi tipe proyek, lanjutnya, NKB tersebut terdiri dari segmen konektivitas infrastruktur sebesar 40,84 persen, anak usaha perseroan sebesar 7,84 persen, gedung sebesar 22,55 persen, EPC sebesar 7,82 persen, serta segmen Sumber Daya Air (SDA) sebesar 8,19 persen.
Novianto juga menjelaskan perseroan dapat fokus menjalankan bisnis operasionalnya. Artinya, NKB sampai dengan saat Rp8,13 triliun atau mencapai 27,10 persen dari kontrak baru pada 2022 dengan target senilai Rp30 triliun.
"Perseroan masih on track menjalankan delapan stream penyehatan keuangan," tutup Novianto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News