Gas. Foto : Kementerian ESDM.
Gas. Foto : Kementerian ESDM.

Prioritaskan Domestik, Indonesia Stop Ekspor Gas di 2036

Suci Sedya Utami • 24 Agustus 2021 20:34
Jakarta: Dewan Energi Nasional (DEN) menyatakan Indonesia tidak akan lagi mengekspor gas bumi hasil produksi dalam negeri pada 2036. Seluruh pasokan gas nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan nasional.
 
Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto mengatakan pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan di dalam negeri dilakukan dalam rangka transisi menuju energi bersih serta mencapai target bebas emisi karbon (net zero emission).
 
"2036 kita sudah akan menghentikan ekspor gas, kita manfaatkan di dalam negeri untuk menuju net zero," kata Djoko, dalam webinar optimalisasi gas bumi, Selasa, 24 Agustus 2021.

Berdasarkan data DEN, dalam 10 tahun terakhir ekspor gas mengalami penurunan yang signifikan. Di 2010 sebesar 4.336 british thermal unit per day (BBTUD), 2011 turun menjadi 4.078 BBTUD, 2012 kembali turun menjadi 3.631 BBTUD, 2013 ekspor gas sebesar 3.402 BBTUD, 2014 mengalami penurunan menjadi 3.237,2 BBTUD.
 
Kemudian di 2015 ekspor gas turun ke 3.090,3 bbtud, 2016 sebesar 2.859,8 BBTUD, 2017 menjadi sebesar 2.736,3 BBTUD, 2018 sebesar 2.668,9 BBTUD, 2019 menjadi 2.155,3 BBTUD dan 2020 sebesar 2.108,2 BBTUD.
 
Sementara dalam 10 tahun mendatang, ekspor juga diperkirakan akan semakin berkurang. Di 2021 ekspor gas diperkirakan sebesar 1,819 million standard cubic feed per day (MMSCFD), di 2022 akan ada peningkatan menjadi 1,981 MMSCFD, dan akan turun kembali di 2023 sebesar 1,928 MMSCFD.
 
Penurunan masih akan berlanjut di 2024 menjadi 1,236 MMSCFD, kemudian di 2025 menjadi 1,236 MMSCFD. Di 2026 akan terjadi penurunan signifikan menjadi 699 MMSCFD, lalu di 2027 menjadi 595 MMSCFD, di 2028 sebesar 576 MMSCFD. Berlanjut di 2029 515 MMSCFD dan di 2030 yang diekspor hanya sebesar 479 MMSCFD.
 
Djoko mengatakan sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Migas), Pemerintah memberikan prioritas pemanfaatan gas bumi untuk kepentingan dalam negeri. Ia bilang pemanfaatan gas bumi dalam negeri terus meningkat.
 
"Jadi ekspor gas sengaja kita turunkan untuk dimanfaatkan di dalam negeri sebagaimana amanat di UU Migas," tutur Djoko.
 
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Z. Yunus mengatakan sejak 2012, rata-rata pertumbuhan pemanfaatan gas bumi oleh pembeli domestik hanya satu persen per tahun. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 4-5 persen per tahun.
 
Maka dari itu Taslim berharap pengurangan ekspor ini dapat dimanfaatkan oleh pembeli domestik untuk meningkatkan pemanfaatan gas di dalam negeri. SKK migas mendukung pemanfaatan gas bumi untuk menciptakan multiplier effect bagi perekonomian nasional.
 
Hal ini sesuai dengan 10 pilar strategi dan 22 program untuk mendukung tercapainya long term plan yang salah satunya adalah target produksi gas 12 BSCFD di 2030.
 
"Kita sudah punya long term plan untuk mencapai satu juta barel per hari dan 12 BSFCD. jadi kami di dalam kaitannya itu untuk mencapai meningkatkan gas dari sekarang 5,8 jadi 12 itu merupakan tantangan yang besar," ujar Taslim.
 
Taslim mengatakan kebutuhan gas dan interkoneksi infrastruktur merupakan hal utama dalam mendukung pemanfaatan gas bumi. Kebutuhan gas yang besar dapat diciptakan melalui pembangunan pabrik petrokimia baru dan juga kebutuhan gas untuk proyek RDMP. Interkoneksi infrastruktur akan diperlukan untuk menunjang pengembangan pasar gas.
 
Lebih lanjut dirinya mengatakan ditambah lagi saat ini harga gas bumi Indonesia lebih kompetitif dibandingkan negara di Asia tenggara dan India.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan