Garuda Indonesia. Foto : AFP.
Garuda Indonesia. Foto : AFP.

Tak Cuma Pangkas Komisaris, Erick Juga Diminta Merger Divisi di Garuda

Husen Miftahudin • 07 Juni 2021 11:05
Jakarta: Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir diminta untuk melakukan merger pada sejumlah divisi yang ada di struktur organisasi Garuda Indonesia, selain memangkas jumlah komisaris. Langkah ini diyakini dapat menghemat biaya seiring menggunungnya utang yang dimiliki perusahaan, yakni mencapai Rp70 triliun.
 
"Seharusnya (Erick) tidak berhenti pada memangkas jumlah komisaris saja. Restrukturisasi organisasi harus diimplementasikan top down, beberapa direktorat (divisi) dalam organisasi Garuda Indonesia juga dapat dimerger, begitupun halnya dengan karyawan pada middle level," ucap pengamat industri penerbangan Hendra Soemanto dalam keterangan tertulisnya, Senin, 7 Juni 2021.
 
Menurut Hendra, langkah memangkas jumlah komisaris hingga memerger divisi di tubuh Garuda akan berdampak pada penghematan biaya tunjangan bagi posisi atau jabatan yang tidak optimal. Sedangkan soal penawaran pensiun dini, hal tersebut harus dijadikan langkah terakhir dalam usaha restrukturisasi SDM.

"Karena jika hal ini dilakukan, tentunya akan menambah beban pengeluaran bagi Garuda dengan jumlah nominal pesangon yang harus dibayarkan, dan ada kemungkinan salah sasaran," tuturnya.
 
Penawaran pensiun dini diharapkan dilakukan oleh karyawan yang mendekati usia pensiun. Jika opsi itu juga dilakukan kepada karyawan dengan usia produktif, dikhawatirkan akan mengakibatkan adanya peningkatan statistik unemployment rate.
 
Terkait kebijakan pemerintah wacana penerbangan domestik tanpa rute internasional, hal ini dapat dilakukan selama masa pandemi. Tetapi Hendra menegaskan bahwa hal tersebut juga tidak untuk selamanya.
 
Sebab secara berkesinambungan, selain harus melakukan proses transformasi menjadi perusahaan yang lebih akuntabel, profesional, dan transparan, Garuda Indonesia juga menjalankan bisnis penerbangan sesuai dengan visi dan misi perusahaan untuk memperkenalkan dan mengantarkan Indonesian Culture ke seluruh dunia.
 
Di sisi lain, Hendra mengakui bahwa pola dan mindset mayoritas karyawan hingga level top management BUMN seperti Garuda Indonesia bahwa pemerintah, sebagai pemegang saham terbesar perusahaan, akan 'menyelamatkan' perusahaan, memengaruhi cukup banyak terhadap budaya dan iklim kerja.
 
"Pola pikir tersebut menghasilkan SDM yang 'manja' dan cenderung berada di comfort zone dalam waktu lama," tutur dia.
 
Dia bilang, sudah saatnya Garuda Indonesia memikirkan model manajemen yang strategis dan lebih ideal dengan pemimpin yang mampu memotivasi semua karyawan untuk berkompetisi dan berpikir inovatif. Dengan begitu, harapannya ke depan Garuda Indonesia dapat memperbaiki kinerja dan semua proses kegiatan perusahaan.
 
"Kondisi tersebut membuat di dalamnya terdapat insan dengan integritas tinggi, produktif, dan komersial untuk menghasilkan kinerja excellent yang sejalan dengan perkembangan teknologi dan industri," jelas Hendra.
 
Oleh karena itu, insan Garuda Indonesia juga sangat diharapkan untuk membangun sense of crisis. Karena, siapapun pemimpin ke depannya nanti, sehebat apapun langkah-langkah strategis untuk recovery disusun, tidak akan sukses dengan tidak adanya dukungan dari internal.
 
"Seluruh karyawan juga harus mendukung semua program recovery dengan membangun semangat sebagai tim yang solid dan mengedepankan kepentingan perusahaan," pungkas dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan