"Keterangan dari teman-teman PLN sangat clear sebenarnya. Coba yang komplain tersebut bawa angkanya ke PLN, foto meterannya. Saya berani mengatakan lebih banyak tendensi yang melintir, yang membuat tidak clear," kata Staf Ahli BUMN Arya Sinulingga di Jakarta, Rabu, 10 Juni 2020.
Arya menjelaskan membengkaknya tagihan listrik pelanggan bukan karena kenaikan tarif listrik. Namun konsumsi atau penggunaan listrik masyarakat selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSSB) meningkat imbas aktivitas work from home dan social distancing.
"Karena selama bekerja di rumah pemakaian listrik juga tinggi. Mungkin selama ini kita enggak pernah pakai tv, atau yang biasanya pakai AC cuma satu, tambah jadi tiga. Jadi ini perlu disadari bersama-sama kami tidak mungkin membebani publik (dengan naikkan tarif) dalam kondisi saat ini," jelas Arya.
Sebelumnya, PLN menyatakan lonjakan tagihan listrik pelanggan pada bulan ini merupakan hasil penggunaan pada bulan sebelumnya karena konsumsi listrik selama WFH meningkat tajam.
Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PLN Yuddy Setyo Wicaksono mengatakan dari total 34,5 juta pelanggan pascabayar, tercatat hanya 4,3 juta pelanggan yang mengalami lonjakan tagihan di atas 20 persen. Dari 4,3 juta pelanggan tersebut, terdapat enam persen atau 258 ribu pelanggan mengalami kenaikan tagihan hingga 200 persen.
"Kenaikkan tagihan listrik terbanyak antara 20 sampai 50 persen itu jumlahnya 2,4 juta pelanggan," ujar Yuddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News