Mengutip Antara, Selasa, 2 November 2021, menurut Direktur Utama & CEO Pertamina Nicke Widyawati, Pertamina fokus pada pengurangan emisi gas, terutama di bidang transportasi jalan raya, penerbangan, perkapalan, serta industri kimia dan petrokimia yang berdasarkan grafik dunia, memberikan kontribusi kurang dari 20 persen emisi karbon.
"Pengurangan emisi karbon terbesar berasal dari efisiensi operasi kami di fasilitas kilang dan hulu, pemanfaatan gas suar, pemanfaatan kembali limbah panas di kilang dan hulu, serta inisiatif energi lainnya dari panas bumi," kata Nicke, dalam diskusi panel tentang ekonomi hijau yang diselenggarakan di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia.
Untuk mencapai target pengurangan 25,9 juta ton CO2 pada 2030, Pertamina telah melakukan beberapa inisiatif, antara lain meningkatkan kapasitas panas bumi menjadi 1.065 megawatt serta mengembangkan pembangkit listrik berbasis air dan surya, yang masing-masing ditargetkan mencapai 715 megawatt dan 3.100 megawatt.
Kilang hijau
BUMN energi itu sedang dalam pengembangan kilang hijau di Plaju dan Cilacap yang akan beroperasi pada tahun 2025. Pertamina juga turut serta dalam perusahaan patungan baterai Indonesia dengan mengembangkan ekosistem baterai EV, termasuk bisnis swapping dan charging.Kemudian mengembangkan pabrik methanol untuk gasifikasi yang direncanakan mulai beroperasi pada 2025. "Dahulu energi kilang kami dari bahan bakar, sekarang kami beralih ke gas dan juga sebagian dari solar," kata Nicke.
Inisiatif lain yang dilakukan Pertamina untuk membantu mengurangi emisi gas rumah kaca antara lain pengembangan bioenergi, ekonomi karbon sirkular, serta energi baru dan terbarukan. "Kami memiliki target ambisius untuk mengubah energi di fasilitas kami menjadi 30 persen bauran energi dari energi baru dan terbarukan," kata Nicke.
Pertamina mencatat penurunan emisi sebesar 27,08 persen selama periode 2010-2020, atau melebihi target nasional pengurangan emisi gas rumah kaca (NDC) pada 2020 sebesar 26 persen.
Di bidang energi, pemerintah Indonesia memiliki ambisi untuk menurunkan emisi CO2 sebanyak 314 juta ton pada 2030, termasuk 183,66 juta ton atau lebih dari 50 persen di antaranya merupakan target sektor energi baru dan terbarukan (EBT).
Berdasarkan peta jalan transisi energi Indonesia, disebutkan bahwa dari kondisi bauran energi saat ini yang masih berada pada level sekitar sembilan persen, akan meningkat menjadi 23 persen pada 2025, dan terus meningkat hingga diproyeksikan berada di level 31 persen pada 2050.
Melalui peta jalan pengembangan EBT itu, pemerintah meyakini sektor energi akan menurunkan emisi sebesar 314 juta-398 juta ton CO2.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News