Jakarta: Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menginginkan PT Industri Gula Glenmore (IGG) di bawah pengelolaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII dapat mendorong terwujudnya swasembada gula konsumsi bagi Indonesia.
Ia bilang, dengan luas seluruh lahan yang dikelola holding perkebunan, Indonesia harus menjadi negara dengan kekuatan industri gula yang solid. Hal tersebut ditegaskan Erick saat meninjaui IGG di Desa Karang Harjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi.
Dalam kunjungan tersebut, Menteri BUMN didampingi Muhammad Abdul Gani, Direktur Utama PTPN III, sebagai Holding Perkebunan dan Mantan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.
"Dengan produksi gula yang terus meningkat dan juga aplikasi teknologi modern di industri ini, saya harap PT IGG menjadi bagian dari usaha untuk terwujudnya swasembada gula konsumsi," kata Erick dalam keterangan resmi, Minggu, 19 September 2021.
Meski tetap memerlukan peran swasta, namun sudah saatnya perusahaan BUMN yang bergerak dalam bisnis perkebunan tebu dan gula bergabung dalam satu holding untuk mewujudkan mimpi lama tersebut. Saat ini terdapat tujuh anak perusahaan PTPN yang bergerak di industri tebu dan gula, yaitu PTPN VII di Lampung, PTPN IX sampai XII di Jawa Timur, dan PTPN XIV di Sulawesi Selatan.
"Ini merupakan bagian dari ketahanan pangan. Apalagi, peta jalan mengenai realisasi swasembada gula konsumsi ke depan sudah ada dan Presiden Joko Widodo memberikan dukungan. Meski banyak tantangan, tetapi Lillahi Ta’ala kita harus jalankan," tegas Erick.
Ia bilang restrukturisasi yang dilakukan di PTPN XII telah memberikan hasil maksimal dengan membaiknya keuangan dan memberi keuntungan sehingga untuk menuju swasembada gula konsumsi, maka diperlukan kolaborasi dengan rakyat dan instansi lain.
"Saya minta libatkan tebu rakyat, dan lahan milik perhutani sehingga ada peningkatan lahan produksi dari 45 ribu hektar menjadi 85 ribu, lalu secara perlahan hingga 2024-2025 harus menjadi 250 ribu hektar. Jika hal itu tercapai, maka impian indonesia menjadi negara pengekspor gula akan terwujud," lanjut Erick.
Keinginan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor, terutama untuk komoditas yang dimiliki dan menjadi kekayaan Indonesia, terus diupayakan oleh Kementerian BUMN kepada perusahaan BUMN.
"Sudah saatnya kita jangan hanya menjadi market saja yang akan menyulitkan negara kita sulit. Dengan potensi yang kita miliki, bagaimana pula gula harus menjadi tulang punggung ekonomi yang penting ke depannya,” pungkas dia.
Ia bilang, dengan luas seluruh lahan yang dikelola holding perkebunan, Indonesia harus menjadi negara dengan kekuatan industri gula yang solid. Hal tersebut ditegaskan Erick saat meninjaui IGG di Desa Karang Harjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi.
Dalam kunjungan tersebut, Menteri BUMN didampingi Muhammad Abdul Gani, Direktur Utama PTPN III, sebagai Holding Perkebunan dan Mantan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.
"Dengan produksi gula yang terus meningkat dan juga aplikasi teknologi modern di industri ini, saya harap PT IGG menjadi bagian dari usaha untuk terwujudnya swasembada gula konsumsi," kata Erick dalam keterangan resmi, Minggu, 19 September 2021.
Meski tetap memerlukan peran swasta, namun sudah saatnya perusahaan BUMN yang bergerak dalam bisnis perkebunan tebu dan gula bergabung dalam satu holding untuk mewujudkan mimpi lama tersebut. Saat ini terdapat tujuh anak perusahaan PTPN yang bergerak di industri tebu dan gula, yaitu PTPN VII di Lampung, PTPN IX sampai XII di Jawa Timur, dan PTPN XIV di Sulawesi Selatan.
"Ini merupakan bagian dari ketahanan pangan. Apalagi, peta jalan mengenai realisasi swasembada gula konsumsi ke depan sudah ada dan Presiden Joko Widodo memberikan dukungan. Meski banyak tantangan, tetapi Lillahi Ta’ala kita harus jalankan," tegas Erick.
Ia bilang restrukturisasi yang dilakukan di PTPN XII telah memberikan hasil maksimal dengan membaiknya keuangan dan memberi keuntungan sehingga untuk menuju swasembada gula konsumsi, maka diperlukan kolaborasi dengan rakyat dan instansi lain.
"Saya minta libatkan tebu rakyat, dan lahan milik perhutani sehingga ada peningkatan lahan produksi dari 45 ribu hektar menjadi 85 ribu, lalu secara perlahan hingga 2024-2025 harus menjadi 250 ribu hektar. Jika hal itu tercapai, maka impian indonesia menjadi negara pengekspor gula akan terwujud," lanjut Erick.
Keinginan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor, terutama untuk komoditas yang dimiliki dan menjadi kekayaan Indonesia, terus diupayakan oleh Kementerian BUMN kepada perusahaan BUMN.
"Sudah saatnya kita jangan hanya menjadi market saja yang akan menyulitkan negara kita sulit. Dengan potensi yang kita miliki, bagaimana pula gula harus menjadi tulang punggung ekonomi yang penting ke depannya,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News