Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, berdasarkan kajian teknis yang dilakukan, cadangan Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu juga meningkat menjadi 940 juta barel. Artinya, meningkat lebih dari dua kali lipat dari POD awal.
Di awal POD Banyu Urip, tingkat periode plateau diperkirakan berlangsung sekitar dua tahun dengan tingkat produksi minyak rata-rata tahunan sebesar 165 ribu barel per hari (bph).
"Sejak full facility dimulai pada Januari 2016, puncak produksi dapat dicapai selama lebih kurang lima tahun di angka 185 ribu hingga 225 ribu bph, termasuk tambahan 10 ribu bph dari lapangan Kedung Keris sejak Desember 2019," ujar Dwi dalam keterangan resmi, Kamis, 7 Oktober 2021.
Jaga Tingkat Produksi
Kini lapangan tersebut mengalami penurunan reservoir secara alami karena karakter reservoir alami yang berlaku umum di seluruh dunia. Namun demikian, Dwi mengatakan pihaknya bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang merupakan operator blok tersebut ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL) terus berupaya untuk menjaga tingkat penurunan produksi yang terjadi.
"Bersama EMCL, kami berkoordinasi secara aktif untuk menjaga tingkat produksi WK Cepu, hal ini dilakukan mengingat WK Cepu menjadi salah satu tulang punggung dalam upaya mencapai produksi nasional satu juta bph di 2030," kata Dwi.
Sementara President ExxonMobil Indonesia Irtiza Sayyed mengatakan keberhasilan Pengelolaan Blok Cepu merupakan hasil kemitraan yang baik antara Kementerian ESDM, SKK Migas, ExxonMobil Cepu Limited, dan para mitra yakni PT Pertamina EP Cepu dan BKS PI Blok Cepu.
"Pencapaian ini juga merupakan bukti dari kemampuan ExxonMobil dalam membuat desain proyek kelas dunia dengan operasi yang aman dan kredibel, pengelolaan reservoir yang sangat baik, serta manajemen operasi yang andal oleh tenaga kerja Indonesia berkelas dunia,” jelas Irtiza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News