"Kami meyakini cost of fund akan turun dengan cepat," kata Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR-RI, Kamis, 18 Maret 2021.
Ia menjelaskan, cost of fund dari tiga BUMN yang terlibat dalam holding ultra mikro yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Permodalan Nasional Madani (Persero), dan PT Pegadaian (Persero) masing-masing 2,3 persen, 6-7 persen, dan 9-10 persen.
"Tentu dengan pembiayaan sebagian besar akan didukung funding DPK BRI, tentu cost of fund PNM dan Pegadaian akan turun secara signifikan," ujarnya.
Efisiensi dari beban ini akan berimplikasi pada pembiayaan murah yang akan diperoleh nasabah.
"Ini diharapkan akan di pass on kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan dengan bunga yang lebih rendah," ucapnya.
Di sisi lain, pria yang hangat disapa Tiko itu juga menyampaikan, efisiensi dari pembentukan holding ultra mikro juga akan terasa dari sisi jaringan. Pembentukan holding meringankan Pegadaian dan PNM dalam melakukan ekspansi.
"Efisiensi lain dalam konteks jaringan di mana contoh Pegadaian ke depan untuk ekspansi tidak perlu lagi menyewa atau membangun unit baru, tapi cukup menempel pada unit-unit desa BRI," ungkapnya.
Sementara untuk konteks PNM, efisiensi yang akan dirasakan oleh Account Officer (AO) Mekaar karena akan dilengkapi dengan device digital. Penggunaan digital yang terintegrasi akan memperkecil rasio AO Mekaar terhadap nasabah.
"Saat ini AO yang ada di PNM yang jumlahnya sekitar 40 ribu lebih itu, nantinya akan kita lengkapi dengan device digital dan bisa terkoneksi dengan BRI dalam konteks cabang desa BRI maupun agen BRI sehingga nantinya juga bisa menimbulkan efisiensi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News