Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, kontraksi ekonomi pada kuartal II sebesar 5,32 persen cukup membebani. Pasalnya rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sebesar lima persen.
"Kita lakukan supaya basis untuk tumbuh di 2021 itu cukup. Jangan sampai kita terlalu jauh terkoreksinya di 2020, sehingga 2021 kita tidak bisa pulih lebih cepat," kata dia dalam diskusi FMB9 'Bertahan dan Bangkit di Masa Pandemi' di Jakarta, Selasa, 6 Oktober 2020.
Meski begitu, Indonesia tidak sendirian menghadapi perlambatan ekonomi di tahun ini sebab negara lain juga mengalami hal yang sama karena pandemi covid-19. Namun dibandingkan negara lain, perlambatan ekonomi Indonesia masih lebih baik.
"Kalau perekonomian-perekonomian negara lain itu perlambatan perekonomian bisa sangat dalam. Contohnya yang paling dalam terakhir kita lihat India, yang hampir mencapai minus 24 persen, sementara Indonesia memang juga dalam," jelas dia.
Untuk itu, ia menambahkan, pemerintah mendorong belanja negara sebagai countercyclical di masa pandemi ini. Karena hanya pengeluaran pemerintah yang bisa didorong tumbuh positif, sementara komponen perekonomian lainnya negatif.
"Justru ketika ekonomi melambat, pada saat itu pemerintah harus hadir dengan pengeluaran pemerintah yang ekspansif. Kita push defisitnya sampai bahkan minus 6,34 persen. Ini adalah defisit yang terdalam sejak mungkin 1965-1966," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id