Bahkan pencapaian laba di tahun lalu melampaui pencapaian laba sebelum pandemi covid-19 yakni Rp97,72 miliar pada 2019. Mengacu pada kinerja selama lima tahun terakhir, IFSH mampu meraih kinerja di tengah tekanan pandemi virus korona dan larangan ekspor bijih nikel.
"Untuk mencapai target pertumbuhan berkelanjutan, perseroan menyiapkan capital expenditure (capex) Rp12 miliar di tahun ini. Mayoritas capex digunakan untuk pembelian alat berat," ujar Direktur Keuangan Ifishdeco Ineke Kartika Dewi, dalam keterangan resminya, Jumat, 22 April 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dalam lima tahun terakhir, tambahnya, IFSH membukukan pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) sebesar 24,87 persen. Sebagai perbandingan, di 2017, IFSH membukukan penjualan bersih Rp324,71 miliar. Di tengah tren permintaan tinggi komoditas nikel di pasar domestik dan global, Ifishdeco menargetkan kenaikan volume produksi.
"Sehingga bisa mencapai kinerja produksi sebelum pandemi. Peningkatan volume produksi juga akan dilakukan bersamaan dengan strategi efisiensi," tuturnya.
Di tahun ini, masih kata Ineke, IFSH akan memulai transformasi digital yang ditargetkan berdampak pada efisiensi yakni penurunan beban operasional sekaligus pengawasan operasional. Selain mengejar kenaikan volume produksi dan efisiensi, IFSH juga membuka peluang untuk melakukan ekspansi organik lewat akuisisi tambang nikel.
"Sebagai sumber pertumbuhan baru di masa depan sekaligus memperbesar cadangan nikel. IFSH aktif melihat sejumlah potensi akuisisi lewat berbagai opsi, di antaranya melakukan akuisisi greenfield atau akuisisi perusahaan tambang nikel yang sudah beroperasi," tuturnya.
Sebagai informasi, pasar komoditas nikel diperkirakan tetap tumbuh positif di tahun ini. Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) menyatakan permintaan bijih nikel di 2022 dalam negeri diramal melonjak tajam atau naik hingga 30 persen dibandingkan dengan 2021. Peningkatan tersebut seiring dengan beroperasinya sejumlah smelter pengolahan nikel di 2022.