"Tidak apa apa, ekspor kita tidak tergantung pada Singapura. Kita sebenarnya tidak perlu terlalu risau dengan resesi Singapura, malah kita bersyukur," kata Handito kepada Medcom.id, Kamis, 16 Juli 2020.
Menurut Handito, resesi Singapura perlu dilihat lebih dalam penyebabnya terutama aktivitas masyarakat yang terbatas akibat pandemi covid-19. Ia meyakini Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II Singapura yang turun 12,6 persen secara year on year (yoy) hanya sesaat.
Singapura hingga saat ini masih menjadi negara dengan pusat keuangan terbesar dan bersaing dengan Hong Kong. Meski keduanya sedang dalam keadaan merosot, fundamental Singapura lebih kuat untuk bisa kembali cepat pulih dari resesi.
"Resesi Singapura itu ya harus diwaspadai tapi lebih banyak sesuatu yang numpang lewat, saya rasa Singapura akan cepat recovery," tuturnya.
Lebih lanjut, Handito menuturkan bahwa ekspor Indonesia kinerjanya tidak akan terganggu hanya karena perekonomian Singapura melemah. Pelaku usaha di Indonesia, kata dia, justru perlu bersiap dengan kembalinya kekuatan Singapura untuk mendominasi perdagangan internasional.
"Singapura konsumsi kan kecil kalau dia sampai perekonomian turun kaitannya dengan ekspor barang Indonesia enggak pengaruh apa-apa, toh barang kita yang dijual ke Singapura juga bukan untuk Singapura tapi pasar luar negeri," ucap Handito.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja perdagangan Indonesia dan Singapura justru mengalami kenaikan pada Juni 2020. Padahal Singapura baru saja mengumumkan resesi ekonomi setelah dua kuartal berturut-turut mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif.
"Secara teknis, Singapura mengalami resesi karena dua kuartal mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, tetapi kita bisa lihat di sana selama Juni 2020 ekspor kita ke Singapura masih meningkat," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam video conference di Jakarta, Rabu, 15 Juli 2020.
Pada Juni 2020, ekspor Indonesia ke Singapura meningkat sebesar USD137,3 juta. Selama Januari hingga Juni 2020, Singapura menempati posisi kelima sebagai pangsa pasar ekspor nonmigas Indonesia yakni mencapai USD4,61 miliar atau 6,36 persen dari total ekspor.
Peningkatan ekspor nonmigas ke Singapura ini merupakan kenaikan lima terbesar setelah Jepang yang mencapai USD163 juta. Suhariyanto mencatat kenaikan ekspor ke Singapura ini disumbang oleh logam mulia, perhiasan permata, mesin dan perlengkapan listrik, perlengkapan mekanis, dan tembakau-rokok.
Tak hanya itu, impor Indonesia dari Singapura juga mengalami peningkatan sebesar USD129,2 juta pada Juni 2020. Singapura menduduki posisi ketiga sebagai pangsa impor nonmigas selama Januari hingga Juni 2020 mencapai USD4,21 miliar atau 6,64 persen dari total impor.
Secara kumulatif sejak Januari sampai Juni 2020, neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan Singapura mencatatkan defisit USD0,4 miliar. Defisit ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan Tiongkok yang defisit USD5,31 miliar, Thailand USD1,48 miliar, dan Australia USD874 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News