Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi emisi karbon yaitu dengan mengembangkan angkutan massal perkotaan, mengingat wilayah kota berkontribusi sebagai sumber polusi.
"Angkutan massal tidak hanya bermanfaat untuk mengurangi kemacetan, tetapi juga mengurangi polusi dan meningkatkan kualitas udara bersih," kata Menhub pada acara Sustainable Developments Goals National Seminar Series (SDGs) 2030, Kamis, 3 November 2022.
Menhub menjelaskan sejumlah angkutan massal dibangun di kawasan perkotaan seperti MRT, LRT, KRL, Bus Rapid Transit (BRT) dan juga angkutan pengumpannya seperti angkot, dan lain sebagainya.
Kemenhub memberikan perhatian khusus pada pengembangan BRT dengan menyiapkan skema Buy The Service (BTS), di mana pemerintah memberikan subsidi kepada operator BRT untuk menjalankan operasionalnya. Diharapkan, dengan pengembangan angkutan massal ini, meningkatkan minat masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan massal.
Selama tiga tahun skema BTS berjalan, sudah beroperasi angkutan massal BRT di 11 kota di Indonesia yakni di Medan, Palembang, Yogyakarta, Solo, Denpasar, Bandung, Surabaya, Makassar, Banjarmasin, Banyumas dan Bogor, yang telah melayani di sebanyak 45 koridor dengan total armada bus sebanyak 791 unit.
Baca juga: Kendaraan Listrik makin Banyak, Kemenhub: Harus Digencarkan |
Selain itu, untuk mewujudkan angkutan massal perkotaan yang lebih ramah lingkungan, Kemenhub juga berupaya menyediakan pelayanan bus listrik. "Pilot project bus listrik akan dilakukan di dua kota yaitu Surabaya dan Bandung. Insyaallah mulai tahun depan kita lakukan," ujarnya.
Kemudian, dalam momen Presidensi G20 Indonesia tahun ini, telah disiapkan angkutan massal bus listrik merah putih buatan dalam negeri sebanyak 30 unit, sebagai angkutan massal untuk mendukung mobilitas para delegasi dan peserta G20. Selain itu, disediakan pula sejumlah fasilitas pendukung seperti charging station, shuttle motor listrik dan lain sebagainya.
"Jadi kita kembangkan terus angkutan massal, berbasis kendaraan listrik, dan juga buatan dalam negeri, dimana saat ini tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sudah mencapai 40 persen. Upaya menjadikan Indonesia yang bersih, sehat, berdaya, dan lestari membutuhkan sinergi dan pemikiran yang baik antara pemerintah, akademisi, pelaku industri/swasta," katanya.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News