"Indonesia memperhatikan kebijakan tapering off oleh Amerika Serikat (AS). Selain itu, diharapkan penyelesaian gangguan logistik global akan lebih baik pada 2022," ujar Lutfi, dalam konferensi pers virtual Outlook Perdagangan 2022, dikutip Rabu, 19 Januari 2022.
Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga tengah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk mengatasi krisis energi dalam perekonomian global serta terus melakukan upaya pengendalian pandemi covid-19. "Langkah ini perlu dilakukan untuk mendorong kinerja perdagangan dan menjaga momentum pertumbuhan ekspor," tegasnya.
Sepanjang 2021, kinerja ekspor Indonesia yang mencapai sebesar USD231,5 miliar merupakan capaian tertinggi sepanjang sejarah. Capaian ini bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rekor sebelumnya yang dipegang pada 2011 sebanyak USD203,6 miliar.
Total ekspor yang berhasil diraih Indonesia di sepanjang 2021 berasal dari ekspor nonmigas yang mencapai sebesar USD219,27 miliar, tumbuh 41,52 persen dibandingkan dengan raihan tahun sebelumnya yang hanya sebanyak USD154,94 miliar.
Sedangkan ekspor migas Indonesia secara kumulatif di sepanjang 2021 mencapai USD12,28 miliar atau tumbuh 48,78 persen dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya yang hanya sebesar USD8,25 miliar.
Total impor Indonesia
Sementara itu, total impor Indonesia pada 2021 tercatat sebesar USD196,2 miliar atau tumbuh 38,6 persen dari 2020 yang sebanyak USD141,57 miliar. Menurut Lutfi, kinerja impor yang juga mengalami pertumbuhan pesat merupakan capaian yang sehat."Impor kita tumbuh 38,59 persen, artinya sehat. Karena pada 2020 yang lalu pertumbuhan daripada impor kita itu adalah negatif, jadi artinya ekonomi kita (pada 2020) bisa dikatakan lesu," jelas Lutfi.
Terkait perjanjian dagang, ia menambahkan bahwa saat ini pihaknya sedang mengupayakan dan menuju tahap penyelesaian, di antaranya dengan Uni Emirat Arab yang diharapkan dapat selesai pada Maret 2022. Selanjutnya, Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Bangladesh yang juga dalam tahap penyelesaian di 2022.
Selanjutnya, dengan Tunisia akan dipercepat. Sedangkan dengan Turki dan Iran akan segera dimulai kembali putarannya. Untuk Uni Eropa juga sudah memasuki putaran kesebelas dan ditargetkan selesai pada akhir 2022.
"Beberapa perundingan dengan negara mitra dagang lainnya yang sudah memasuki tahap awal juga akan diteruskan, di antaranya India, Kanada, Pakistan untuk perdagangan barang, dan Chile untuk perdagangan jasa," tutup Lutfi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News